BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Kehamilan adalah hal yang patut
disyukuri. Tak heran, bila Ibu seringkali menjalani tahapan demi tahapan
kehamilan dengan antusias. Namun saking antusiasnya, tak jarang Ibu salah
kiprah dalam menyikapinya.
Karena beranggapan harus memberi
makan dua orang (ibu dan janin), Ibu seringkali menambah porsi makan Ibu secara
berlebihan, tanpa terlalu memperhatikan kualitas dari makanan itu sendiri.
Padahal makan rasional dengan kuantitas dan kualitas yang sama seimbangnya
lebih dianjurkan.
Apa yang dimaksud dengan makanan
yang seimbang kuantitas dan kualitasnya? Makanan yang seimbang kuantitas maupun
kualitasnya adalah makanan yang mencakup semua zat gizi yang dibutuhkan
(karbohidrat, lemak, protein, vitamin dan mineral, serta air) dalam jumlah
kalori yang sesuai dengan kebutuhan Ibu selama kehamilan.
Maka dari itu, sebelum menentukan
pola makan, Ibu perlu memahami dan mengenali terlebih dahulu kondisi tubuh Ibu,
serta kebutuhan-kebutuhan Ibu maupun janin dalam kandungan.
Pada kehamilan trimester pertama
Ibu masih menyesuaikan diri dengan kehamilannya. Namun sekalipun Ibu mengalami
muntah-muntah, sebaiknya Ibu tidak mengurangi porsi dan kualitas makanan, karena
apabila pada masa trimester pertama ini Ibu hamil mengalami kekurangan zat gizi
tertentu, bukan tak mungkin akan menyebabkan gagalnya pembentukan otak dan
organ-organ penting lainnya pada janin, yang bisa menyebabkan cacat bawaan.
Mengingat pentingnya gizi di awal
kehamilan, Ibu perlu memasukkan gizi seimbang, seperti kalori, protein, serat,
kalsium, zat besi dan air dalam menu sehari-hari. Selain itu, Ibu perlu
menambahkan beberapa vitamin dan mineral penting yang sangat dibutuhkan janin
di awal kehidupannya.
1.2 Tujuan Penulisan
Untuk melakukan asuhan keperawatan pada ibu
hamil (maternitas) memerlukan sebuah pengetahuan mendasar untuk hal
tersebut. Termasuk salah satunya adalah
pengkajian nutrisi bagi ibu hamil.
Pembuatan makalah ini pun bertujuan, agar
mahasiswa mampu memahami pentingnya nutrisi pada ibu hamil khususnya dengan
berbagai gangguan tertentu.
·
Mengetahui pemenuhan nutrisi bagi ibu hamil dengan
gangguan eklampsia dan pre eklampsia.
·
Mengetahui pentingnya pemenuhan nutrisi bagi ibu hamil
·
Memenuhi tugas pembuatan makalah pada mata ajar Ilmu Gizi
1.3 Rumusan Masalah
·
Bagaimana kondisi Fisiologis dan kebutuhan nutrisi pada
ibu hamil?
·
Apa yang dimaksud dengan eklampsia dan preeklamsia, dan
hiperemesis gravidarum?
·
Bagaimana diit pada kasus eklamsia dan preeklampsia dan
hiperemesis gravidarum?
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Kondisi Fisiologis Dan Kebutuhan Nutsiri
Ibu Hamil Pada Trimester Pertama
Kenaikan
berat badan (BB) selama kehamilan akan memengaruhi kenaikan berat janin. Namun
bukan berarti ibu hamil lantas harus makan secara berlebihan. Jelas tidak.
Sebagai informasi, kebutuhan energi pada kehamilan trimester I hanya memerlukan
tambahan 100 Kal per hari (menjadi 1.900 Kal 2.000 Kal per hari). Ini berarti
sama dengan menambah 1 potong (50 g) daging sapi atau 2 buah apel dalam menu
sehari. Selanjutnya saat trimester II dan III, tambahan energi yang dibutuhkan
meningkat menjadi 300 Kal per hari, atau sama dengan mengonsumsi tambahan 100 g
daging ayam atau minum 2 gelas susu sapi cair.
Jadi
idealnya kenaikan BB ibu hamil sekitar 500 gram per minggu. Angka ini tentu
bukan patokan mati sebab pedoman ini hanya berlaku bagi ibu yang memiliki BB
normal (tinggi badan 110). Bagi yang BB-nya di atas/di bawah rata-rata
normal, tabel di bawah ini dapat membantu mengetahui kenaikan berat badan yang
dianjurkan selama 9 bulan usia kehamilan.
Namun,
ibu dengan BB berlebih dan obesitas dianjurkan untuk tidak berdiet. Diet yang
tiba-tiba dapat menghambat pertumbuhan janin karena pertambahan beratnya
terganggu. Yang disarankan adalah pengaturan makan yang pas selama kehamilan.
Itulah makanya BB berlebih dan obesitas pada masa kehamilan patut diwaspadai
karena dapat menimbulkan komplikasi yakni diabetes gestasional atau preeklamsia
(peningkatan tekanan darah). Risiko kedua komplikasi ini adalah ibu dapat
mengalami masa persalinan yang lebih panjang sehingga meningkatkan kemungkinan
dilakukannya tindakan.
I.
Tiga
Zat Gizi Penting
Selama
kehamilan ada beberapa zat gizi yang kebutuhannya meningkat dan patut
mendapatkan perhatian karena amat bermanfaat bagi pertumbuhan janin. Di
antaranya asam folat, kalsium, dan zat besi.
* Asam Folat
Asam
folat termasuk kelompok vitamin B yang bermanfaat untuk mengurangi NTD (Neural
Tubes Defects) atau kelainan susunan saraf pusat. Disarankan dikonsumsi
semenjak masa persiapan atau sebelum kehamilan karena pembentukan susunan saraf
pusat akan dimulai di awal kehamilan. Tak perlu khawatir, karena kelebihan
asupan ini akan dibuang secara otomatis. Jumlah asam folat yang dibutuhkan
selama kehamilan adalah 600 mikrogram per hari per orang. Jadi ada tambahan
sebanyak 200 mikrogram per hari per orang dibanding manusia dewasa yang tidak hamil.
Sumber asam folat antara lain brokoli, gandum, kacang-kacangan, jeruk,
stroberi, dan bayam. Namun, karena mengonsumsi makanan tersebut belum menjamin
terpenuhinya kebutuhan ini maka ibu hamil tetap dianjurkan mendapat asupan
suplemen asam folat.
* Kalsium
Kalsium
semakin dibutuhkan ibu hamil saat memasuki trimester kedua dan ketiga
kehamilan. Pada masa inilah janin mulai tumbuh dengan pesat, terutama
pembentukan tulang dan giginya. Kebutuhannya sekitar 1.200 mg per hari (sama
dengan mengonsumsi 2 gelas susu atau 125 g keju), jauh lebih banyak dibanding
kebutuhan kalsium selama tidak hamil yang hanya 1.000 mg per hari.
Ada
banyak sumber kalsium, di antaranya, telur, susu, ikan teri, ikan salmon,
sardin, sayuran berwarna hijau, kacang-kacangan (kacang kedelai, kacang tanah)
dan wijen. Namun, waspadai makanan sumber kalsium yang berserat. Perlu
diketahui serat yang berlebihan akan menurunkan waktu transit makanan di dalam
sel cerna sehingga mengurangi kesempatan tubuh mengabsorpsi kalsium dengan
maksimal.
Bila
kebutuhan akan kalsium tidak terpenuhi, janin akan mengambil cadangan kalsium
dari tulang ibu. Akibatnya, rangka tulang akan cepat rapuh karena terjadi
demineralisasi dan ibu akan mengalami keropos tulang dini. Sedangkan dampak
kekurangan kalsium secara langsung pada janin tak ada.
* Zat Besi
Kekurangan
zat besi pada ibu hamil dapat mengganggu metabolisme energi sehingga dapat
menyebabkan menurunnya kemampuan kerja organ-organ tubuh. Buntut-buntutnya
dapat memengaruhi perkembangan janin. Kekurangan zat besi umumnya ditandai
dengan wajah pucat, rasa lemah, letih, pusing, kurang nafsu makan, menurunnya
kebugaran tubuh, menurunnya kekebalan dan gangguan penyembuhan luka.
Mengapa
banyak ibu hamil kekurangan zat besi? Sebab, memasuki trimester kedua dan
ketiga ibu mengalami "hemodilusi" (pengenceran). Hal ini terjadi
karena ibu hamil memproduksi cairan lebih banyak sehingga kebutuhan akan sel
darah merahnya juga bertambah. Kondisi ini bisa dianalogikan sebagai sirop dan
air. Sirop ibarat sel darah merah dan air ibarat cairan dalam tubuh ibu. Bila
dalam keadaan normal, untuk membuat sirop dibutuhkan satu gelas air putih dan
dua sendok makan sirop. Namun dalam keadaan hamil karena airnya bertambah
banyak maka siropnya (sel-sel darah) pun mestinya ditambah.
Jadi
tak perlu heran bila banyak ibu hamil pada trimester kedua dan ketiga
membutuhkan lebih banyak zat besi. Banyak wanita di Indonesia mengalami
kekurangan zat besi, sehingga kadar hemoglobinnya rendah. Hal ini tentu
berpengaruh pada kualitas kesehatan ibu dan janin.
Jumlah
zat besi yang dibutuhkan semasa kehamilan berbeda per trimesternya. Pada
trimester pertama, tambahan akan zat besi belum dibutuhkan. Kondisi ini
menguntungkan bagi ibu hamil yang mengalami mual dan muntah karena mengonsumsi
zat besi biasanya dapat memperparah kondisi ini.
Namun
memasuki trimester II, kebutuhan akan zat besi menjadi 35 mg per hari per berat
badan (sama dengan mengonsumsi segenggam kacang hijau, atau setengah genggam
daun ubi). Kemudian bertambah menjadi 39 mikrogram per hari per berat badan
pada trimester ketiga (sama dengan mengonsumsi 1 potong tempe). Untuk memenuhi
kebutuhan itu makanlah bahan makanan yang kaya akan zat besi, seperti, daging,
hati, telur, serealia tumbuk, kacang-kacangan, dan sayuran hijau.
Tabel 1.1 kenaikan berat badan yang dianjurkan pada
saat kehamilan
Kategori
berat badan (BB)
|
Jumlah
kenaikan berat yang dianjurkan
|
BB
kurang
|
12-18
kg
|
Normal
|
11,3-15,
75 kg
|
BB
berlebih
|
6,75-11,
25 kg
|
Obesitas
|
6,75
kg
|
Dari segi Ilmu Gizi memang Ibu hamil memerlukan makanan
yang lebih dalam hal mutu (kualitas) dan jumlahnya (kuantitas), mengingat
makanan tersebut digunakan untuk memenuhi kebutuhan ibu yang bersangkutan, juga
untuk pertumbuhan janin yang dikandungnya.
Perlu diketahui bahwa penanganan gizi yang baik selama
hamil bertujuan untuk :
·
Memperkecil komplikasi
kehamilan
·
Melahirkan bayi sehat
·
Mempersiapkan ibu memasuki
tahap persalinan dan menyusui.
Ada beberapa kondisi khusus yang mempengaruhi keadaan ibu
hamil dengan resiko tinggi terhadap keselamatan ibu dan bayi dalam kandungan
yaitu :
-
Kondisi karena kehamilan itu sendiri
-
Kondisi karena penyakit yang diderita ibu sebelumnya
2.2
Berbagai Macam Komplikasi Kehamilan
1.
Pre-eklampsia dan
eklampsia
2.
Hiperemesis gravidarum
3.
Anemia
4.
Gestational diabetes
5.
Abortus
2.3 Dampak Defisiensi Zat
Gizi
1. Kekurangan Karbohidrat
Defisiensi karbohidrat pada ibu hamil akan menyebabkan
gangguan pada pertumbuhan dan perkembangan janin, placenta dan jaringan
payudara serta proses metabolisme yang mengalami perubahan selama masa
kehamilan. Akibat kekurangan karbohidrat lainnya pada janin akan menyebabkan
bayi lahir dengan berat badan lebih ringan, pertumbuhan yang lambat, kemampuan
otak kurang, gangguan psikologis, kekurangan gizi, bahkan kekurangan karbohidrat yang berat akan
menyebabkan bayi marasmus.
2. Kekurangan Protein
Apabila ibu hamil kurang mengkonsumsi protein maka
produksi air susu pun akan berkurang. Cadangan protein dalam tubuh juga akan
berkurang. Akibatnya anak yang lahir mengalami gizi kurang dan tumbuh dengan
tidak normal serta kurang cerdas.
Akibat kekurangan
protein semasa kehamilan dapat berpengaruh pada bayi,
bayi akan mengalami Pertumbuhan Janin Terhambat (PJT), Berat Bayi Lahir Rendah
(BBLR), dan perkembangan otak bayi tidak optimal.
Bagi ibu hamil
yang kekurangan protein, proses konsepsi pun bisa gagal. Karena
protein yang fungsinya membangun sel-sel ini, gagal membentuk sel. Selain itu,
Bumil bisa mengalami anemia akibat janin yang kekurangan protein, karena janin
mengambil protein ibunya. Bahkan, jika bumil
kekurangan protein bisa menimbulkan terjadinya preeklampsia (keracunan
kehamilan).
3. Kekurangan Lemak
Pada ibu hamil lemak dibutuhkan untuk pertumbuhan dan perkembangan janin
selama dalam kandungan sebagai kalori utama. Kekurangan lemak dapat menyebabkan
dampak negative pada pertumbuhan jaringan placenta. Pada kehamilan yang normal,
kadar lemak dalam aliran darah akan meningkat pada akhir trimester III. Tubuh
wanita hamil juga menyimpan lemak yang akan mendukung persiapannya untuk menyusui
setelah bayi lahir.
4. Kekurangan Vitamin
a) Kekurangan vitamin A.
Ibu hamil berisiko mengalami kekurangan vitamin A
terutama selama trimester terakhir ketika permintaan vitamin A untuk janin yang
dikandung dan ibu hamil sendiri meningkat. Asupan vitamin A yang kurang selama
hamil bisa mempengaruhi kemampuan penglihatan dan juga perkembangan paru-paru
janin.
b) Kekurangan Vitamin B1, B2, B3, B5
dan B6
Dampak kekurangan vitamin ini akan menimbulkan
efek yang sama baik pada ibu hamil maupun orang biasa yaitu diantaranya : B1
akan menyebabkan berbagai gangguan seperti kulit kering dan bersisik,
beri-beri, gangguan saluran pencernaan, jantung dan system saraf, B2 akan
menyebabkan menurunnya daya tahan tubuh, kulit bersisik, mulut kering, bibir
pecah-pecah dan sariawan, B3 akan menyebabkan kekejangan, keram otot, gangguan
sistem pencernaan, muntah-muntah dan mual, B5 atau B6 akan menyebabkan kulit
pecah-pecah dan bersisik, keram otot dan kesulitan untuk tidur.
c)
Spina Bifida
(kekurangan asam folat /B9 selama masa kehamilan)
Hampir semua kalangan tentunya mengenal vitamin B9
sebagai Asam folat. Asam Folat atau Vitamin B9 membantu sel tubuh membentuk dan
menjaga DNA. Asam folat sangat penting untuk kesehatan salah satunya kesehatan
ibu hamil dan janin yang dikandung. Menurut salah satu hasil riset di Amerika,
trimester pertama kehamilan merupakan fase pembentukan system saraf pusat
janin, termasuk otak dan sumsum tulang belakang. Dan pada masa kehamilan,
kebutuhan tubuh akan asam folat meningkat. Hal ini karena asam folat berguna
dalam proses metabolism tubuh, produksi heme untuk menghasilkan
hemoglobin. Namun, faktanya di masa-masa awal pertumbuhan janin ini
(trimester pertama) banyak wanita yang belum menyadari bahwa dirinya sedang
hamil (biasanya kehamilan baru disadari setelah minggu ke-5 atau ke-6).
Kekurangan (deficiency) asam folat selama
kehamilan dapat menyebabkan bayi /janin mengalami spina bifida
, suatu Neural Tube Defects (NTDs) yaitu adanya celah pada tulang
belakang karena gagal tertutupnya tabung saraf tulang belakang pada hari ke-38
pasca konsepsi (pembuahan). Resiko NTDs dapat dikurangi hingga 80 % dengan
konsumsi asam folat yang cukup sebelum dan selama kehamilan. Spina
Bifida merupakan suatu masalah tulang belakang, dimana saraf-saraf
yang mengontrol fungsi gerak dan fungsi-fungsi tubuh lainnya tidak berjalan
dengan sempurna. Anak-anak yang mengalami spina bifida ini akan memiliki
kecacatan seumur hidup, dan mereka juga membutuhkan banyak tindakan operasi
selama hidupnya.
Agar janin tidak mengalami Spina bifida, Ibu Hamil
sangat dianjurkan untuk memenuhi asupan vitamin B9 atau Asam Folat. Sumber
alami dari Vitamin B9 adalah sayuran hijau, gandum, buncis, kelapa,
daging, ikan, hati, jeruk, jamur, kacang, dan ragi.
d) Kekurangan vitamin B12.
Vitamin B12 diperlukan tubuh untuk membentuk DNA, RNA,
lemak dan beberapa hormon serta protein yang berperan penting untuk membentuk
sel darah merah dan menjaga saraf tetap bekerja dengan baik.
Selama hamil cadangan vitamin B12 dalam tubuh
kemungkinan habis yang membuatnya berisiko mengalami defisiensi. Kekurangan
vitamin B12 bisa menyebabkan komplikasi pada kehamilannya.
e)
Kekurangan Vitamin C
Jika kekurangan / defisiensi vitamin C dapat
mengakibatkan keracunan kehamilan, ketuban pecah dini (KPD). Vitamin C berguna
untuk mencegah terjadinya ruptur membran, sebagai bahan semen jaringan ikat dan
pembuluh darah. Fungsi lain dapat mengakibatkan absorbsi zat besi non hem,
meningkatkan absorbsi suplemen besi dan profilaksis perdarahan post partum.
Kebutuhannya 10 mg/hari lebih tinggi dari ibu tidak hamil.
f) Kekurangan kalsium dan vitamin D.
Kebutuhan kalsium dan vitamin D akan meningkat selama
kehamilan untuk mendukung pertumbuhan dan perkembangan tulang serta gigi bayi.
Jika asupan kalsium dan vitamin D tidak mencukupi, maka bayi akan mengambilnya
dari tulang ibu. Hal ini meningkatkan risiko osteoporosis pada ibu dan infeksi
pernapasan pada bayi.
g) Kekurangan
Vitamin E
Kekurangan vitamin E akan menyeabkan sel darah merah terbelah. Proses
ini disebut hemolisis
eritrodit dan dapat
dihindari dengan vitamin E. Akibat lain kekurangan vitamin E adalah :
perubahan degeneratif pada sistem saraf dan otot, kelemahan dan kesulitan berjalan, nyeri pada otot betis, gangguan penglihatan, anemia, retensi cairan (odem), kelainan
kulit.
Pada bayi, kekurangan vitamin E dapat menyebabkan kelainan yang mengganggu
penyerapan lemak pada bayi
yang prematur dan kekurangan gizi. Namun kekurangan vitamin E
sesungguhnya sangat jarang terjadi karena vitamin ini banyak terdapat dalam makanan,
terutama dalam minyak sayur. Pada manusia
kekurangan vitamin E bisa disebabkan karena diet yang sangat buruk dalam jangka waktu
lama.
h) Kekurangan Vitamin K
Kecenderungan terjadinya
perdarahan akibat gangguan proses koagulasi yang disebabkan oleh kekurangan
vitamin K atau dikenal dengan Vitamin K Deficiency Bleeding (VKDB). PDVK
adalah terjadinya perdarahan spontan atau perdarahan karena proses lain seperti
pengambilan darah vena atau operasi yang disebabkan karena berkurangnya
aktivitas faktor koagulasi yang tergantung vitamin K (faktor II, VII, IX dan X)
sedangkan aktivitas faktor koagulasi yang tidak bergantung pada vitamin K,
kadar fibrinogen dan jumlah trombosit masih dalam batas normal.
5. Kekurangan Mineral
Kekurangan mineral pada ibu hamil dapat menyebabkan terganggunya
pertumbuhan dan perkembangan janin serta proses diferensiasi sel. Tak Cuma itu
tambahan zat gizi lain yang penting juga dibutuhkan nuntuk membantu proses
metabolism energy menjadi terganggu .
2.4
Eklampsia Dan Preeklampsia
Gejala-gejala
subjektif yang dapat timbul berupa sakit kepala
didaerah prontal, diplopia, penglihatan kabur, nyeri didaerah epigastrium, mual
dan muntah. Hal ini menunjukkan akan terjadinya eklampsia.
·
Diagnosis
Diagnosis
didasarkan adanya trias
yaitu hipertensi, edema dan proteinuria. Diagnosis diperensial antara preeklamsia dengan hipertensi menahun atau
penyakit ginjal tidak jarang menimbulkan kesukaran. Pada hipertensi menahun
ditemukan adanya tekanan darah yang tinggi sebelum hamil, pada kehamilan muda
atau 6 bulan postpartum. Pada pemeriksaan funduskopi ditemukan perdarahan
dan eksudet pada hipertensi menahun. Untuk penyakit ginjal proteinuria
timbul sebelum hamil sedang pada
preeclampsi jarang timbul sebelum trimester 3.
·
Pencegahan
Perlu diwaspadai adanya
kemungkinan preeclampsia pada
wanita hamil yang mempunyai faktor
yang predisposisi. Walaupun timbul
preeclampsia tidak dapat dicegah sepenuhnya, namun frekuensinya dapat dikurangi
dengan pemberian penerangan dan pelaksanaan pengawasan yang baik pada wanita
hamil. Penerangan tentang manfaat
istirahat dan diet berguna dalam pencegahan. Istirahat, mengurangi
pekerjaan sehari-hari seperti diet
tinggi protein, rendah lemak, karbohidrat, garam dan penambahan
berat badan yang tidak berlebihan.
1) Preeklampsia Ringan
-
Definisi
Timbulnya hifertensi yang khas untuk
kehamilan merupakan penyakit hifertensip yang akut pada wanita hamil dan wanita
dalam nifas akan timbulnya hipertensi disertai proteinuri dan edema akibat
kehamilan setelah umur kehamilan 20 mmg.
-
Diagnosis
1.
Tekanan sistolis 140 mmHg tekanan kenaikan diatas 30 mm bahkan tekananya beda dari biasanya.
Tekanan diastolis 90 mmHg bahkan kenaikannya mencapai 15 mm diatas tekanan yang
biasa. Tekanan darah yang meninggi ini sekurangnya diukur 2 kali dengan antara
6 jam.
2.
Proteinuria ialah protein lebih dari 0,3 g/1 dalam urine 24 jam atau
lebih dari 1 g/1 pada urine yang sembarangan. Urin yang diambil untuk
pemeriksaan harus urine yang bersih atau urine yang diperoleh dengan
penyadapan.
3. Udema yang tetap pada jari tangan dan mata.
2) Preeklampsi Berat
Timbulnya hipertensi >106/>110 mmHg
disertai proteinuri dan edema setelah umur kehamilan 20 minggu, dan paling
sering terjadi pada primigravida yang muda penyakit ini timbul pada seorang
primigravida dan biasanya ada factor-faktor predisposisi seperti hipertensi,
diabetes ( DM ) atau kehamilan ganda.
Gejala-gejala pada preeklampsi diantaranya:
a.
Hipertensi: Gejala yang paling dulu timbul ialah hypertensi sebagai
batas diambil tekanan darah 140 mm sistolis dan 90 mm diastolis tapi juga
kenaikan sistolis 30 mm atau diastolis 15 mm diatas tekanan yang biasa
merupakan pertanda diambilnya darah.
b.
Oedema: Timbulnya oedema didahului oleh tambah berat badan yang
berlebihan, penambahan berat badan ½ pada seorang yang hamil itu dianggap
normal, tapi kalau mencapai 1 kg seminggu atau 3 kg dalam sebulan preeklampsi
harus dicurigai karena pertambahan berat badan yang sekonyong-konyong ini
disebabkan retensi air dalam jaringan dan kemudian baru oedema nampak dan
oedema ini tidak hilang dengan istirahat.
c.
Proteinuria: Proteinuria sering ditemukan pada preeklampsi bentuknya
rupa-rupa karena vasospasmus pembuluh-pembuluh darah ginjal, proteinuria
biasnya timbul lebih lambat dari hypertensi dan tambah berat.
§
Eklampsia
Eklampsia adalah terjadinya konfulsi atau koma pada pasien disertai tanda dan
gejala preeclampsia konvulsi atau koma dapat muncul tanpa didahului gangguan
neurologis. Ibu yang mengalami hipertensi kronis bisa mengalami preeklampsia
atau eklampsia pada ibu hipertensi kronis meningkatkan morbiditas dan motalitas
maternal dan perinatal. ACOG merekomendasikan supaya diagnosis preeklampsia
pada hipertensi kronis ini dibuat berdasarkan peningkatan tekanan darah yang
disertai proteinuria atau edema umum ( Consensus Report, 1990 ).
Perkembangan hipertensi selama masa hamil
selama 24 jam pertama nifas tanpa tanda preeklampsia atau hipertensi sementara
kemungkinan bisa menjadi hipertensi esensial dikemudian hari.
Secara etiologi preeclampsia ialah suatu
kondisi yang hanya terjadi pada kehamilan manusia tanda dan gejala timbul hanya
selama masa hamil dan menghilang dengan cepat setelah janin dan plasenta lahir.
Tidak ada profil tertentu yang mengidentipikasi wanita yang akan menderita
preeclampsia.
2.5 Hiperemesis Gravidarum
A.
Pengertian
Hiperemesis
Gravidarum adalah mual dan muntah berlebihan pada wanita hamil sampai
mengganggu pekerjaan sehari-hari karena keadaan umumnya menjadi buruk, karena
terjadi dehidrasi. (Rustam Mochtar, 1998).
Mual biasanya terjadi
pada pagi hari, tetapi dapat timbul setiap saat dan bahkan malam hari.
Gejala-gejala ini kurang lebih terjadi 6 minggu setelah hari pertama haid dan
berlangsung selama kurang lebih 10 minggu. Hiperemesis Gravidarum (vomitus yang
merusak dalam kehamilan) adalah nausea dan vomitus dalam kehamilan yang
berkembang sedemikian luas sehingga terjadi efek sistemik, dehidrasi dan
penurunan berat badan. (Ben-Zion, MD, hal : 232) Hiperemesis diartikan sebagai
muntah yang terjadi secara berlebihan selama kehamilan. (Hellen Farrer, 1999,
hal:112
B. Etiologi
Penyebab hiperemesis
gravidarum belum diketahui secara pasti. Frekuensi kejadian adalah 3,5 per 1000
kehamilan. Faktor-faktor predisposisi yang dikemukakan ( Rustan Mochtar, 1998 ) antara lain yaitu:
1. Faktor organik, yaitu karena masuknya vili khoriales
dalam sirkulasi maternal dan perubahan metabolik akibat kehamilan serta
resistensi yang menurun dari pihak ibu terhadap perubahan-perubahan ini serta
adanya alergi, yaitu merupakan salah satu respon dari jaringan ibu terhadap
janin.
2. Faktor Psikologik. Faktor ini memegang peranan penting
pada penyakit ini. Rumah tangga yang retak, kehilangan pekerjaan, takut
terhadap kehamilan dan persalinan, takut terhadap tanggungan sebagai ibu, dapat
menyebabkan konflik mental yang dapat memperberat mual dan muntah sebagai
ekspresi tidak sadar terhadap keengganan menjadi hamil atau sebagai pelarian
kesukaran hidup
3. Faktor endokrin lainnya yaitu hipertiroid, diabetes,
peningkatan kadar HCG dan lain-lain.
C. Patologi
Pada otopsi wanita
meninggal karena hiperemesis gravidarum diperoleh keterangan bahwa terjadinya
kelainan pada organ-organ tubuh adalah sebagai berikut:
a) Pada tingkat ringan hanya ditemukan degenerasi lemak
sentrilobuler tanpa nekrosis.
b) Hepar jantung atrofi, menjadi lebih kecil dari biasa.
Kadang kala dijumpai perdarahan sub-endokardial.
c) Jantung terdapat bercak-bercak perdarahan pada otak
dan kelainan seperti pada ensepalopati Wirnicke.
d) Otak ginjal tampak pucat dan degenerasi lemak dapat
ditemukan pada tubuli kontorti.
e) Ginjal
D. Patofisiologi
Perasaan mual adalah
akibat dari meningkatnya kadar estrogen yang biasa terjadi pada trimester I.
Bila terjadi terus-menerus dapat mengakibatkan dehidrasi dan tidak imbangnya
elektrolit dengan alkalosis hipokloremik. Hiperemesis gravidarum ini dapat
mengakibatkan cadangan karbohidrat dan lemak habis terpakai untuk keperluan
energi. Karena okisidasi lemak yang tak sempurna, terjadilah ketosis dengan
tertimbunnya asam aseto-asetik, asam hidroksida butirik, dan aseton dalam
darah. Muntah menyebabkan dehidrasi, sehingga cairan ekstraseluler dan plasma
berkurang.
Natrium dan klorida
darah turun. Selain itu, dehidrasi menyebabkan hemokonsentrasi, sehingga aliran
darah ke jaringan berkurang. Hal ini menyebabkan jumlah zat makanan dan oksigen
ke jaringan berkurang pula tertimbunnya zat metabolik yang toksik. Di samping
dehidrasi dan gangguan keseimbangan elektrolit, dapat terjadi robekan pada
selaput lendir esofagus dan lambung (sindroma mollary-weiss), dengan akibat
perdarahan gastrointestinal.
E. Tanda dan Gejala
Batas mual dan muntah berapa
banyak yang disebut hiperemesis gravidarum tidak ada kesepakatan. Ada yang
mengatakan, bila lebih dari sepuluh kali muntah. Akan tetapi, apabila keadaan
umum ibu terpengaruh dianggap sebagai hiperemesis gravidarum. Hiperemesis
gravidarum menurut berat ringannya gejala dibagi menjadi tiga tingkatan, yaitu:
1) Tingkatan I (Ringan)
a. Mual muntah terus-menerus yang mempengaruhi keadaan
umum penderita.
b. Ibu merasa lemah.
c. Nafsu makan tidak ada.
d. Berat badan menurun.
e. Merasa nyeri pada epigastrium.
f. Nadi meningkat sekitar 100 per menit.
g. Tekanan darah menurun.
h. Turgor kulit berkurang.
i. Lidah mengering.
j.
Mata cekung.
2) Tingkatan
II (sedang)
a. Penderita tampak
lebih lemah dan apatis.
b. Turgor kulit mulai
jelek.
c. Lidah mengering dan
tampak kotor.
d. Nadi kecil dan cepat.
e. Suhu badan naik (dehidrasi).
f. Mata mulai ikteris.
g. Berat badan turun dan
mata cekung.
h. Tensi turun,
hemokonsentrasi, oliguria, dan kontipasi.
i. Aseton
tercium dari hawa pernafasan dan terjadi asetonuria.
3) Tingkatan
III ( Berat )
a. Keadaan umum lebih
parah (kesadaran menurun dari somnolen sampai koma).
b. Dehidrasi hebat.
c. Nadi kecil, cepat dan
halus.
d. Suhu meningkat dan
tensi turun.
e. Terjadi komplikasi
fatal pada susunan saraf yang dikenalsebagai ensepalopati Wernicke, dengan
gejala nistagmus, diplopia, dan penurunan mental.
f. Timbul ikterus yang
menunjukkan adanya payah hati.
F. Penanganan
1) Pencegahan
Pencegahan terhadap hiperemesis gravidarum diperlukan
dengan jalan memberikan penerapan tentang kehamiloan dan persalinan sebagai
suatu proses yang fisiologi. Hal itu dapat dilakukan dengan cara :
a. Memberikan keyakinan bahwa mual dan muntah merupakan
gejala yang fisiologik pada kehamilan muda dan akan hilang setelah kehamilan
berumur 4 bulan.
b. Ibu dianjurkan untuk mengubah pola makan sehari-hari
dengan makanan dalam jumlah kecil tetapi sering.
c. Waktu bangun pagi jangan segera turun dari tempat
tidur, tetapi dianjurkan untuk makan roti kering atau biskuit dengan teh
hangat.
d. Hindari makan yang berminyak dan berbau lemak.
e. Makan makanan dan minuman yang disajikan jangan
terlalu panas ataupun terlalu ingin.
f. Usahakan defekasi teratur.
2) Terapi obat-obatan
Apabila dengan cara di atas keluhan dan gejala tidak
berkurang diperlukan pengobatan.
a. Tidak memberikan obat yang teratogen.
b. Sedetiva yang sering diberikan adalah
Phenobarbital.
c. Vitamin yang dianjurkan adalah vitamin B1 dan B6.
d. Anthistaminika seperti dramamin, avomin.
e. Pada keadaan berat, antiemetik seperti disiklomin
hidrokhloride atau khlorpromasin.
3) Hiperemesis gravidarum tingkatan II dan III harus
dirawat inap di rumah sakit.
Adapun terapi dan perawatan yang diberikan adalah
sebagai berikut:
a. Isolasi
Penderita disendirikan dalam kamar yang tenang, tetapi
cerah, dan peredaran udara baik. Jangan terlalu banyak tamu, kalau perlu hanya
perawat dan dokter saja yang boleh masuk. Catat cairan yang keluar dan masuk.
Kadang-kadang isolasi dapat mengurangi atau menghilangkan gejala ini tanpa
pengobatan.
b. Terapi psikologik
Berikan pengertian bahwa kehamilan adalah suatu hal
yang wajar, normal, dan fisiologis, jadi tidak perlu takut dan khawatir.
Yakinkan penderita bahwa penyakit dapat disembuhkan dan dihilangkan masalah
atau konflik yang kiranya dapat menjadi latar belakang penyakit ini.
c. Terapi parental
Berikan cairan parental yang cukup elektrolit,
karbohidrat, dan protein dengan glukosa 5% dalam cairan garam fisiologik
sebanyak 2-3 liter sehari. Bila perlu dapat ditambah kalium dan vitamin,
khususnya vitamin B kompleks dan vitamin C dan bila ada
kekurangan protein, dapat diberikan pula asam amino secara intravena. Buat
dalam daftar kontrol cairan yang masuk dan dikeluarkan. Berikan pula
obat-obatan seperti yang telah disebutkan di atas.
d. Terminasi kehamilan
Pada beberapa kasus keadaan tidak menjadi baik, bahkan
mundur. Usahakan mengadakan pemeriksaan medik dan psikiatrik bila keadaan
memburuk.
Delirium, kebutaan, takhikardi, ikterius, anuria, dan
perdarahan merupakan manifestasi komplikasi organik. Dalam keadaan demikian
perlu dipertimbangkan untuk mengakhiri kehamilan. Keputusan untuk melakukan
abortus terapeutik sering sulit diambil, oleh karena di satu pihak tidak boleh
dilakukan terlalu cepat, tetapi di lain pihak tidak boleh menunggu sampai
terjadi gejala irreversibel pada organ vital.
G. Prognosis
Dengan penanganan yang baik prognosis hiperemesis gravidarum
sangat mamuaskan. Penyakit ini biasanya dapat membatasi diri, namun demikian
pada tingkatan yang berat, penyakit in dapat mengancam jiwa ibu dan janin.
2.6 Kehamilan Kembar
Seperti juga semua
kehamilan baik kehamilan tunggal atau kembar mempunyai resiko, dan memang untuk
kehamilan kembar resiko menjadi lebih tinggi. Tapi tentu saja bukan saatnya
untuk menjadi kuatir setiap waktu, kehamilan kembar ini juga adalah
Anugerah dan anda tidak dapat mencegah untuk mendapatkan kehamilan kembar ini.
Tetapi anda dapat mempersiapkan diri dengan lebih baik untuk menghadapi
kehamilan kembar anda dan resikonya.
Persiapan yang dapat
dilakukan untuk kehamilan kembar yang sehat;
·
Nutrisi yang mencukupi:
BBLR atau berat badan lahir rendah adalah salah satu dari kebanyakan
permasalahan dengan kelahiran kembar. Dengan memberikan nutrisi makanan
yang cukup dan sehat dengan diet yang seimbang, akan membantu menurunkan
kemungkinan komplikasi. Makan dengan nutrisi yang mencukupi, dalam
kehamilan ini anda memerlukan tambahan 300 - 500 kalori perhari, makan dengan
variasi makanan seimbang.
·
Pemeriksaan Antenatal Care
yang teratur: Setiap kehamilan sebaiknya
melakukan pemeriksaan antenatalcare yang teratur sehingga dokter dapat
melakukan pemeriksaan dan pemantauan terhadap kehamilan baik ibu dan
bayi. Begitu juga untuk kehamilan kembar anda perlu untuk melakukan
pemeriksaan ANC yang teratur sesuai jadwal yang diberikan untuk memonitor
kehamilan kembar anda sehingga dapat membantu untuk menurunkan resiko atau
komplikasi yang berhubungan dengan kehamilan kembar. Dengan melakukan
pemeriksaan ANC teratur anda dapat lebih yakin bahwa anda dalam monitor dan
penanganan medis yang terbaik sedapat mungkin.
·
Istirahat Yang Cukup:
Pada kehamilan kembar tubuh anda bekerja dua kali lebih keras, untuk itu anda
juga memerlukan istirahat dua kali lebih banyak. Cobalah untuk mencari
waktu untuk beristirahat selama aktivitas anda sehari-hari. Carilah
bantuan untuk melakukan pekerjaan rumah tangga anda. Dokter anda mungkin akan
menganjurkan anda untuk mengambil cuti kerja lebih awal bila anda bekerja, dan
bahkan mungkin untuk melakukan istirahat tidur dirumah
2.7 Diit Pre Eklamsia Dan Diit Hiperemesis
I.
Diet Preeklamsia
-
Tujuan
Diet:
Mencapai & mempertahankan status gizi normal,
mencapai & mempertahankan tekanan darah normal, mencegah & mengurangi
retensi garam/air, mencapai keseimbangan nitrogen, menjaga agar penambahan
berat badan tdk melebihi normal, mengurangi & mencegah timbulnya factor
resiko lain pd saat hamil/ setelah melahirkan.
-
Syarat
diet:
1. Energy & semua zat gizi cukup sesuai kemampuan
pasien.
2. Pertambahanan energy tdk>300 kkal dari makanan
sebelum hamil.
3. Garam diberikan rendah sesuai berat ringannya retensi
garam/air. Pertambahanan BB diusahakan seimbang.
4. Protein tinggi, 1,5-2 gr/kg BB.
5. Lemak & KH cukup. Vitamin cukup terutama vit.c
& B6 sedikit lebih tinggi, mineral cukup terutama kalium & kalsium.
6. Bentuk makanan sesuai kemampuan pasien.
7. Cairan 2500 ml/hr. pada keadaan oliguria, cairan
dibatasi & disesuaikan dengan cairan yang keluar melalui urin, muntah,
keringat & pernapasan.
Macam Diet Preeklampsia
Ø Diet Preeklampsia I
·
Diberikan
kepada pasien dengan preeklampsia berat
·
Makanan
diberikan dalam bentuk cair, yang terdiri dari susu dan sari buah
·
Jumlah
cairan diberikan paling sedikit 1500 ml sehari per oral dan kekurangannya
diberikan secara parental
·
Makanan
ini kurang energi dan zat gizi karena itu hanya diberikan 1 – 2 hari
Ø Diet Preeklampsia II
·
Sebagai
makanan perpindahan dari diet preeklampsia I atau kepada pasien preeklampsia yang
penyakitnya tdk begitu besar
·
Makanan
berbentuk saring atau lunak.
·
Diberikan
sebagai diet rendah garam I
·
Makanan
ini cukup energi dan zat gizi lainnya
Ø Diet Preeklampsia III
·
Sebagai
makanan perpidahan dari diet preeklampsia II atau kepada pasien dengan
preeklampsia ringan.
·
Makanan
ini mengandung protein tinggi dan rendah garam .
·
Diberikan
dalam bentuk lunak atau biasa .
·
Jumlah
energi harus disesuaikan dengan kenaikan berat badan yang boleh lebih dari 1 kg
per bulan .
Tabel 2.2 contoh menu makan sehari
ibu hamil diit preeklampsia
Makan pagi
|
Makan siang
|
Makan malam
|
ü Nasi tim
ü Telur ceplok
ü Tumis Kacang Panjang
ü Taoge
|
ü Nasi Tim
ü Daging
bb Terik
ü Tempe
bacem
ü Buah
|
ü Nasi Tim
ü Ikan bb
Kuning
ü Gadon
Tahu
ü Tumis
Kangkung
ü Buah
|
Rasa yang kurang enak bisa diperbaiki dengan penggunaan
bumbu alami seperti bawang, lengkuas dan lain-lain yang memberikan rasa sedap
pada makanan atau dengan cara pengolahan seperti dipanggang dan sebagainya
Diet Hiperemesis Gravidarum
1) Tujuan
Diet
pada hiperemesis gravidarum bertujuan untuk mengganti persediaan glikogen tubuh
dan mengontrol asidosis secara berangsur memberikan makanan berenergi dan zat
gizi yang cukup.
2) Syarat
Diet hiperemesis
gravidarum memiliki beberapa syarat, diantaranyan adalah:
a) Karbohidrat tinggi
b) Lemak rendah
c) Protein sedang
d)
Makanan diberikan dalam bentuk kering; pemberian cairan disesuaikan
dengan keadaan pasien, yaitu 7-10 gelas per hari
dengan keadaan pasien, yaitu 7-10 gelas per hari
e)
Makanan mudah cerna, tidak merangsang saluran pencernaan, dan diberikan
sering dalam porsi kecil
f)
Bila makan pagi dan siang sulit diterima, pemberian dioptimalkan pada
makan
malam dan selingan malam
malam dan selingan malam
g)
Makanan secara berangsur ditingkatkan dalam porsi dan nilai gizi sesuai
dengan keadaan dan kebutuhan gizi pasien
dengan keadaan dan kebutuhan gizi pasien
3) Macam-macam Diet
Ada 3 macam diet pada hiperemesis gravidarum,yaitu:
1. Diet Hiperemesis I
Diet hiperemesis I diberikan kepada pasien dengan
hiperemesis gravidarum berat. Makanan hanya terdiri dari roti kering, singkong
bakar atau rebus, ubi bakar atau rebus, dan buah-buahan. Cairan tidak diberikan
bersama makanan tetapi 1-2 jam sesudahnya. Karena pada diet ini zat gizi yang
terkandung di dalamnya kurang, maka tidak diberikan dalam waktu lama.
2. Diet Hiperemesis II
Diet ini diberikan bila rasa mual dan muntah sudah
berkurang. Diet diberikan secara berangsur dan dimulai dengan memberikan bahan
makanan yang bernilai gizi tinggi. Minuman tidak diberikan bersamaan dengan
makanan. Pemilihan bahan makanan yang tepat pada tahap ini dapat memenuhi
kebutuhan gizi kecuali kebutuhan energi.
3. Diet Hiperemesis III
Diet hiperemesis III diberikan kepada pasien
hiperemesis gravidarum ringan. Diet diberikan sesuai kesanggupan pasien, dan
minuman boleh diberikan bersama makanan. Makanan pada diet ini mencukupi
kebutuhan energi dan semua zat gizi.
4) Makanan yang dianjurkan untuk
diet hiperemesis I, II, dan III adalah :
a) Roti panggang, biskuit, crackers
b) Buah segar dan sari buah
c) Minuman botol ringan, sirop, kaldu tak berlemak, teh
dan kopi encer
5) Makanan yang tidak
dianjurkan untuk diet hiperemesis I, II, III adalah makanan yang umumnya
merangsang saluran pencernaan dan berbumbu tajam. Bahan makanan yang mengandung
alkohol, kopi, dan yang mengadung zat tambahan (pengawet, pewarna, dan bahan
penyedap) juga tidak dianjurkan.
Karakteristik Ibu Hamil yang Mengalami Hiperemesis
Gravidarum
a. Gravida
·
Faktor
presdisposisi yang sering ditemukan sebagai penyebab hiperemesis
·
gravidarum
adalah pada primigravida (Prawihardjo, 2005).
·
Berdasarkan
hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa kejadian hiperemesis gravidarum lebih
sering dialami oleh primigravida daripada multigravida, hal ini berhubungan
dengan tingkat kestresan dan usia si ibu saat mengalami kehamilan pertama
(Nining, 2009).
·
Hiperemesis
gravidarum terjadi 60-80% pada primigravida dan 40-60% pada multigravida
(Arief.B, 2009).
2.8 Komplikasi Kehamilan
Anemia Dan Gestional Diabetes
1. Anemia
Anemia juga biasa dialami oleh ibu hamil. Hal ini umumnya disebabkan adanya kekurangan zat
besi. Pada kehamilan awal, disarankan
untuk memeriksa darah, apakah ibu mengidap anemia atau tidak.
Gejala:
·
Cepat lelah
·
Wajah pucat
·
Sulit bernafas
·
Seperti ingin pingsan
Faktor resiko:
·
Ibu hamil yang kurang nutrisi
·
Ibu hamil yang sulit makan karena mual dan muntah
·
Kehamilan kembar
·
Kehamilan dengan jarak yang berdekatan dengan kehamilan sebelumnya
Pengobatan atau
makanan yang baik:
·
Vit B12 dengan asam folat sangat penting untuk metabolisme intra sel Dibutuhkan
untuk sintesis DNA yang normal
·
Folat terdapat pada setiap jenis makanan dengan kadar tertinggi dalam hati,
ragi dan daun hijau yang segar. Folat mudah rusak dengan pengolahan (pemasakan)
makanan
·
Mengkonsumsi vitamin zat besi yang disarankan dokter SpOG untuk
mengatasinya.
·
Bantu dengan makanan yang kaya zat besi seperti daging merah, bayam dan
buah-buahan kering
2. Gestational diabetes
yaitu kehamilan dimana ibu hamil mengalami kadar gula
darah yang tinggi karena tubuh tidak cukup memproduksi cukup insulin. Insulin adalah sebuah hormon yang dibuat oleh
pankreas yang membuat sel merubah gula menjadi energi atau bahan bakar yang
berguna. Apabila diabetes saat hamil tidak diobati, akan mempengaruhi
janin. Bayi akan lahir dengan berat
berlebih atau besar.
Faktor resiko:
·
Ibu hamil yang sebelumnya sudah mengidap diabetes
·
Kegemukan
·
Ibu hamil di usia matang
·
Ibu hamil dengan riwayat diabetes dalam keluarga
Gejala:
·
Rasa haus dan lapar yang berlebihan
·
Sering buang air kecil
·
Kenaikan tekanan darah
·
Gula dalam urin
·
Kelelahan
Cara mengatasi:
Caranya dengan diet ketat untuk mengurangi berat
badan, olah raga teratur dan kontrol gula darah secara teratur
2.9
Menu Keseharian Ibu Hamil
Makanan dengan gizi seimbang dapat diperoleh dari karbohidrat dan lemak sebagai sumber zat tenaga, protein sebagai sumber zat pembangun, serta vitamin dan mineral sebagai zat pengatur. Kebutuhan nutrien akan meningkat selama hamil, namun tidak semua kebutuhan nutrien meningkat secara proporsional.
1. Menghindari mengkonsumsi makanan kaleng, makanan manis yang berlebihan, susu berlemak dan makanan yang sudah tidak segar.
7. Mengurangi bumbu yang merangsang, seperti pedas,
santan kental.
8. Menghindari merokok dan minum-minuman keras.
Pada
dasarnya menu makanan untuk ibu hamil, tidak banyak berbeda dari menu sebelum hamil. Oleh karena itu, diharapkan tidak ada kesulitan
dalam pengaturan menu selama hamil.
Porsi
|
|
Roti,
serealia, nasi dan mie
|
6
piring/porsi
|
Sayuran
|
3
mangkuk
|
Buah
|
4
potong
|
Susu,
yoghurt dan atau keju
|
2
gelas
|
Daging,
ayam, ikan, telur dan kacang-kacangan
|
3
potong
|
Lemak, minyak
|
5
sendok teh
|
Gula
|
2
sendok makan
|
Jumlah yang
Dibutuhkan
|
||
10 porsi
nasi/pengganti
2 sdm gula 4 sdm minyak goreng |
||
7 porsi terdiri
dari:
2 ptg ikan/daging, @ 50 gr 3 ptg tempe/tahu, @50-75 gr 1 porsi kacang hijau/merah |
||
Sumber zat
pengatur
|
7 porsi terdiri
dari :
4 porsi sayuran berwarna @ 100 gr 3 porsi buah2an @ 100 gr |
|
Susu
|
2-3 gelas
|
Bahan Makanan
|
Porsi Hidangan Sehari
|
Jenis Hidangan
|
Nasi
|
5
+ 1 porsi
|
Makan
pagi: nasi 1,5 porsi
(150 gram) dengan ikan/daging 1 potong sedang (40 gram), tempe 2 potong
sedang (50 gram), sayur 1 mangkok dan buah 1 potong sedang
|
Sayuran
|
3 mangkuk
|
|
Buah
|
4
potong
|
|
Tempe
|
3 potong
|
Makan selingan: susu 1 gelas dan buah 1 potong sedang
|
Daging
|
3
potong
|
|
Susu
|
2 gelas
|
Makan siang: nasi 3 porsi (300 gram), dengan lauk, sayur dan
buah sama dengan pagi
Selingan: susu 1 gelas dan buah 1 potong sedang Makan malam: nasi 2,5 porsi (250 gram) dengan lauk, sayur dan buah sama dengan pagi/siang Selingan: susu 1 gelas |
Minyak
|
2
gelas
|
|
Gula
|
2 sendok makan
|
1 porsi nasi (100
gram)
|
Roti 3 potong
sedang (70 gram), kentang 2 biji sedang (210 gram), kue kering 5 buah besar
(50 gram), mie basah 2 gelas (200 gram), singkong 1 potong besar (210 gram),
jagung biji 1 piring (125 gram), talas 1 potong besar (125 gram), ubi 1 biji
sedang (135 gram)
|
1 potong sedang
ikan (40 gram)
|
1 potong kecil ikan
asin (15 gram), 1 sendok makan teri kering (20 gram), 1 potong sedang ayam
tanpa kulit (40 gram), 1 buah sedang hati ayam (30 gram), 1 butir telur ayam
negeri (55 gram), 1 potong daging sapi (35 gram), 10 biji bakso sedang (170
gram) dan lainnya
|
1 mangkuk (100
gram) sayuran
|
|
1 potong buah
|
1 potong besar
papaya (110 gram), 1 buah pisang (50 gram), 2 buah jeruk manis (110 gram), 1
potong besar melon (190 gram), 1 potong besar semangka (180 gram), 1 buah
apel (85 gram), 1 buah besar belimbing (140 gram), 1/4 buah nenas sedang (95
gram), 3/4 buah mangga besar (125 gram), 9 duku buah sedang (80 gram), 1 jambu
biji besar (100 gram), 2 buah jambu air sedang (110 gram), 8 buah rambutan
(75 gram), 2 buah sedang salak (65 gram), 3 biji nangka (45 gram), 1 buah
sedang sawo (85 gram), dan lainnya.
|
2 potong sedang
tempe (50 gram)
|
Tahu 1 potong besar
(110 gram), 2 potong oncom kecil (40 gram), 2 sendok makan kacang hijau (20
gram), 2,5 sendok makan kacang kedelai (25 gram), 2 sendok makan kacang merah
segar (20 gram), 2 sendok makan kacang tanah (15 gram), 1,5 sendok makan
kacang mete (15 gram), dan lainnya.
|
1 gelas susu sapi
(20 cc)
|
4 sendok makan susu
skim (20 gram), 2/3 gelas yogurt non fat (120 gram), 1 potong kecil keju (35
gram), dan lainnya.
|
Minyak kelapa 1
sendok the (5 gram)
|
avokad 1/2 buah
besar (60 gram), 1 potong kecil kelapa (15 gram), 2,5 sendok makan kelapa
parut (15 gram), 1/3 gelas santan (40 gram), dan lainnya.
|
Gula pasir 1 sendok
makan (13 gram)
|
1 sendok makan madu
(15 gram)
|
BAB III
PENUTUP
2.6 Kesimpulan
1. Masa kehamilan adalah
sesuatu yang sangat ditunggu oleh banyak pasangan yang telah menikah, sehingga
kadang kala mereka melakukan apa saja demi kesehatan ibu dan janin, namun
kadang kala apa yang mereka lakukan terlalu berlebihan dan terlihat salah
kaprah.
2. Preeklampsia, eklampsia,
dan hiperemesis gravidarum adalah komplikasi yang dapat terjadi pada saat
kehamilan. Ketiga gangguan ini sangat
berpengaruh pada asupan nutrisi klien.
Di mana perlu diatur diit seimbang bagi pasien-pasien dengan gangguan
tersebut.
3. Lemak, karbohidrat dan
protein adalah sumber energi utama bagi ibu hamil. Kemudian tiga zat gizi penting yang
terkandung dalam makanan, seperti asam folat, zat besi dan kalsium sangat
berperan penting bagi kehamilan baik bagi ibu maupun bagi kehidupan awal janin.
2.7 Saran
Pengetahuan tentang
gangguan pada masa kehamilan sangatlah penting, baik bagi para perempuan yang
kelak menjadi calon ibu, dan bagi para mahasiswa laki-laki yang akan menjadi
seorang bapak. Pemahaman kita tidak hanya dituntut karena sebatas profesi saja
yang mengaruskan, namun lebih kepada kita sebagai calon orang tua, yang mampu
peduli pada kesehatan pasangan dan buah hati kita.
Semoga makalah ini
menjadi salah satu pegangan untuk hal itu, dan menjadi salah satu referensi
dalam mata ajar Ilmu Gizi dan referensi bagi calon orang tua yang membutuhkan.
DAFTAR PUSTAKA
Francin, P. Gizi Dalam Kesehatan Reproduksi. EGC, Jakarta, 2005.
Wiryo, H. 2002. Peningkatan Gizi Bayi, Anak, Ibu Hamil dan Menyusui dengan Bahan Makanan Lokal. Jakarta: Sagung Seto.
mantap info nya..
BalasHapusizin copas bro
hehehe