Jumat, 11 Januari 2013

Ilmu Gizi: Diet Ibu Hamil dengan Komplikasi Kehamilan



BAB I
PENDAHULUAN
1.1  Latar Belakang
Kehamilan adalah hal yang patut disyukuri. Tak heran, bila Ibu seringkali menjalani tahapan demi tahapan kehamilan dengan antusias. Namun saking antusiasnya, tak jarang Ibu salah kiprah dalam menyikapinya.
Karena beranggapan harus memberi makan dua orang (ibu dan janin), Ibu seringkali menambah porsi makan Ibu secara berlebihan, tanpa terlalu memperhatikan kualitas dari makanan itu sendiri. Padahal makan rasional dengan kuantitas dan kualitas yang sama seimbangnya lebih dianjurkan.
Apa yang dimaksud dengan makanan yang seimbang kuantitas dan kualitasnya? Makanan yang seimbang kuantitas maupun kualitasnya adalah makanan yang mencakup semua zat gizi yang dibutuhkan (karbohidrat, lemak, protein, vitamin dan mineral, serta air) dalam jumlah kalori yang sesuai dengan kebutuhan Ibu selama kehamilan.
Maka dari itu, sebelum menentukan pola makan, Ibu perlu memahami dan mengenali terlebih dahulu kondisi tubuh Ibu, serta kebutuhan-kebutuhan Ibu maupun janin dalam kandungan.
Pada kehamilan trimester pertama Ibu masih menyesuaikan diri dengan kehamilannya. Namun sekalipun Ibu mengalami muntah-muntah, sebaiknya Ibu tidak mengurangi porsi dan kualitas makanan, karena apabila pada masa trimester pertama ini Ibu hamil mengalami kekurangan zat gizi tertentu, bukan tak mungkin akan menyebabkan gagalnya pembentukan otak dan organ-organ penting lainnya pada janin, yang bisa menyebabkan cacat bawaan.
Mengingat pentingnya gizi di awal kehamilan, Ibu perlu memasukkan gizi seimbang, seperti kalori, protein, serat, kalsium, zat besi dan air dalam menu sehari-hari. Selain itu, Ibu perlu menambahkan beberapa vitamin dan mineral penting yang sangat dibutuhkan janin di awal kehidupannya.

1.2  Tujuan Penulisan
Untuk melakukan asuhan keperawatan pada ibu hamil (maternitas) memerlukan sebuah pengetahuan mendasar untuk hal tersebut.  Termasuk salah satunya adalah pengkajian nutrisi bagi ibu hamil.
Pembuatan makalah ini pun bertujuan, agar mahasiswa mampu memahami pentingnya nutrisi pada ibu hamil khususnya dengan berbagai gangguan tertentu.
·         Mengetahui pemenuhan nutrisi bagi ibu hamil dengan gangguan eklampsia dan pre eklampsia.
·         Mengetahui pentingnya pemenuhan nutrisi bagi ibu hamil
·         Memenuhi tugas pembuatan makalah pada mata ajar Ilmu Gizi

1.3  Rumusan Masalah
·         Bagaimana kondisi Fisiologis dan kebutuhan nutrisi pada ibu hamil?
·         Apa yang dimaksud dengan eklampsia dan preeklamsia, dan hiperemesis gravidarum?
·         Bagaimana diit pada kasus eklamsia dan preeklampsia dan hiperemesis gravidarum?
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Kondisi Fisiologis Dan Kebutuhan Nutsiri Ibu Hamil Pada Trimester Pertama
Kenaikan berat badan (BB) selama kehamilan akan memengaruhi kenaikan berat janin. Namun bukan berarti ibu hamil lantas harus makan secara berlebihan. Jelas tidak. Sebagai informasi, kebutuhan energi pada kehamilan trimester I hanya memerlukan tambahan 100 Kal per hari (menjadi 1.900 Kal ­ 2.000 Kal per hari). Ini berarti sama dengan menambah 1 potong (50 g) daging sapi atau 2 buah apel dalam menu sehari. Selanjutnya saat trimester II dan III, tambahan energi yang dibutuhkan meningkat menjadi 300 Kal per hari, atau sama dengan mengonsumsi tambahan 100 g daging ayam atau minum 2 gelas susu sapi cair.
Jadi idealnya kenaikan BB ibu hamil sekitar 500 gram per minggu. Angka ini tentu bukan patokan mati sebab pedoman ini hanya berlaku bagi ibu yang memiliki BB normal (tinggi badan ­ 110). Bagi yang BB-nya di atas/di bawah rata-rata normal, tabel di bawah ini dapat membantu mengetahui kenaikan berat badan yang dianjurkan selama 9 bulan usia kehamilan.
Namun, ibu dengan BB berlebih dan obesitas dianjurkan untuk tidak berdiet. Diet yang tiba-tiba dapat menghambat pertumbuhan janin karena pertambahan beratnya terganggu. Yang disarankan adalah pengaturan makan yang pas selama kehamilan. Itulah makanya BB berlebih dan obesitas pada masa kehamilan patut diwaspadai karena dapat menimbulkan komplikasi yakni diabetes gestasional atau preeklamsia (peningkatan tekanan darah). Risiko kedua komplikasi ini adalah ibu dapat mengalami masa persalinan yang lebih panjang sehingga meningkatkan kemungkinan dilakukannya tindakan.
                             I.            Tiga Zat Gizi Penting
Selama kehamilan ada beberapa zat gizi yang kebutuhannya meningkat dan patut mendapatkan perhatian karena amat bermanfaat bagi pertumbuhan janin. Di antaranya asam folat, kalsium, dan zat besi.
* Asam Folat
Asam folat termasuk kelompok vitamin B yang bermanfaat untuk mengurangi NTD (Neural Tubes Defects) atau kelainan susunan saraf pusat. Disarankan dikonsumsi semenjak masa persiapan atau sebelum kehamilan karena pembentukan susunan saraf pusat akan dimulai di awal kehamilan. Tak perlu khawatir, karena kelebihan asupan ini akan dibuang secara otomatis. Jumlah asam folat yang dibutuhkan selama kehamilan adalah 600 mikrogram per hari per orang. Jadi ada tambahan sebanyak 200 mikrogram per hari per orang dibanding manusia dewasa yang tidak hamil. Sumber asam folat antara lain brokoli, gandum, kacang-kacangan, jeruk, stroberi, dan bayam. Namun, karena mengonsumsi makanan tersebut belum menjamin terpenuhinya kebutuhan ini maka ibu hamil tetap dianjurkan mendapat asupan suplemen asam folat.
* Kalsium
Kalsium semakin dibutuhkan ibu hamil saat memasuki trimester kedua dan ketiga kehamilan. Pada masa inilah janin mulai tumbuh dengan pesat, terutama pembentukan tulang dan giginya. Kebutuhannya sekitar 1.200 mg per hari (sama dengan mengonsumsi 2 gelas susu atau 125 g keju), jauh lebih banyak dibanding kebutuhan kalsium selama tidak hamil yang hanya 1.000 mg per hari.
Ada banyak sumber kalsium, di antaranya, telur, susu, ikan teri, ikan salmon, sardin, sayuran berwarna hijau, kacang-kacangan (kacang kedelai, kacang tanah) dan wijen. Namun, waspadai makanan sumber kalsium yang berserat. Perlu diketahui serat yang berlebihan akan menurunkan waktu transit makanan di dalam sel cerna sehingga mengurangi kesempatan tubuh mengabsorpsi kalsium dengan maksimal.
Bila kebutuhan akan kalsium tidak terpenuhi, janin akan mengambil cadangan kalsium dari tulang ibu. Akibatnya, rangka tulang akan cepat rapuh karena terjadi demineralisasi dan ibu akan mengalami keropos tulang dini. Sedangkan dampak kekurangan kalsium secara langsung pada janin tak ada.
* Zat Besi
Kekurangan zat besi pada ibu hamil dapat mengganggu metabolisme energi sehingga dapat menyebabkan menurunnya kemampuan kerja organ-organ tubuh. Buntut-buntutnya dapat memengaruhi perkembangan janin. Kekurangan zat besi umumnya ditandai dengan wajah pucat, rasa lemah, letih, pusing, kurang nafsu makan, menurunnya kebugaran tubuh, menurunnya kekebalan dan gangguan penyembuhan luka.
Mengapa banyak ibu hamil kekurangan zat besi? Sebab, memasuki trimester kedua dan ketiga ibu mengalami "hemodilusi" (pengenceran). Hal ini terjadi karena ibu hamil memproduksi cairan lebih banyak sehingga kebutuhan akan sel darah merahnya juga bertambah. Kondisi ini bisa dianalogikan sebagai sirop dan air. Sirop ibarat sel darah merah dan air ibarat cairan dalam tubuh ibu. Bila dalam keadaan normal, untuk membuat sirop dibutuhkan satu gelas air putih dan dua sendok makan sirop. Namun dalam keadaan hamil karena airnya bertambah banyak maka siropnya (sel-sel darah) pun mestinya ditambah.
Jadi tak perlu heran bila banyak ibu hamil pada trimester kedua dan ketiga membutuhkan lebih banyak zat besi. Banyak wanita di Indonesia mengalami kekurangan zat besi, sehingga kadar hemoglobinnya rendah. Hal ini tentu berpengaruh pada kualitas kesehatan ibu dan janin.
Jumlah zat besi yang dibutuhkan semasa kehamilan berbeda per trimesternya. Pada trimester pertama, tambahan akan zat besi belum dibutuhkan. Kondisi ini menguntungkan bagi ibu hamil yang mengalami mual dan muntah karena mengonsumsi zat besi biasanya dapat memperparah kondisi ini.
Namun memasuki trimester II, kebutuhan akan zat besi menjadi 35 mg per hari per berat badan (sama dengan mengonsumsi segenggam kacang hijau, atau setengah genggam daun ubi). Kemudian bertambah menjadi 39 mikrogram per hari per berat badan pada trimester ketiga (sama dengan mengonsumsi 1 potong tempe). Untuk memenuhi kebutuhan itu makanlah bahan makanan yang kaya akan zat besi, seperti, daging, hati, telur, serealia tumbuk, kacang-kacangan, dan sayuran hijau.
Tabel 1.1 kenaikan berat badan yang dianjurkan pada saat kehamilan
Kategori berat badan (BB)
Jumlah kenaikan berat yang dianjurkan
BB kurang
12-18 kg
Normal
11,3-15, 75 kg
BB berlebih
6,75-11, 25 kg
Obesitas
6,75 kg
Dari segi Ilmu Gizi memang Ibu hamil memerlukan makanan yang lebih dalam hal mutu (kualitas) dan jumlahnya (kuantitas), mengingat makanan tersebut digunakan untuk memenuhi kebutuhan ibu yang bersangkutan, juga untuk pertumbuhan janin yang dikandungnya.
Perlu diketahui bahwa penanganan gizi yang baik selama hamil bertujuan untuk :
·         Memperkecil komplikasi kehamilan
·         Melahirkan bayi sehat
·         Mempersiapkan ibu memasuki tahap persalinan dan menyusui.
Ada beberapa kondisi khusus yang mempengaruhi keadaan ibu hamil dengan resiko tinggi terhadap keselamatan ibu dan bayi dalam kandungan yaitu :
-          Kondisi karena kehamilan itu sendiri
-          Kondisi karena penyakit yang diderita ibu sebelumnya
2.2 Berbagai Macam Komplikasi Kehamilan
1.      Pre-eklampsia dan eklampsia
2.      Hiperemesis gravidarum
3.      Anemia
4.      Gestational diabetes
5.      Abortus
2.3     Dampak Defisiensi Zat Gizi
1.      Kekurangan Karbohidrat
Defisiensi karbohidrat pada ibu hamil akan menyebabkan gangguan pada pertumbuhan dan perkembangan janin, placenta dan jaringan payudara serta proses metabolisme yang mengalami perubahan selama masa kehamilan. Akibat kekurangan karbohidrat lainnya pada janin akan menyebabkan bayi lahir dengan berat badan lebih ringan, pertumbuhan yang lambat, kemampuan otak kurang, gangguan psikologis, kekurangan gizi,  bahkan kekurangan karbohidrat yang berat akan menyebabkan bayi marasmus.
2.      Kekurangan Protein
Apabila ibu hamil kurang mengkonsumsi protein maka produksi air susu pun akan berkurang. Cadangan protein dalam tubuh juga akan berkurang. Akibatnya anak yang lahir mengalami gizi kurang dan tumbuh dengan tidak normal serta kurang cerdas.
Akibat kekurangan protein semasa kehamilan dapat berpengaruh pada bayi, bayi akan mengalami Pertumbuhan Janin Terhambat (PJT), Berat Bayi Lahir Rendah (BBLR), dan perkembangan otak bayi tidak optimal.
Bagi ibu hamil yang kekurangan protein, proses konsepsi pun bisa gagal. Karena protein yang fungsinya membangun sel-sel ini, gagal membentuk sel. Selain itu, Bumil bisa mengalami anemia akibat janin yang kekurangan protein, karena janin mengambil protein ibunya. Bahkan, jika bumil kekurangan protein bisa menimbulkan terjadinya preeklampsia (keracunan kehamilan).
3.      Kekurangan Lemak
Pada ibu hamil lemak dibutuhkan untuk pertumbuhan dan perkembangan janin selama dalam kandungan sebagai kalori utama. Kekurangan lemak dapat menyebabkan dampak negative pada pertumbuhan jaringan placenta. Pada kehamilan yang normal, kadar lemak dalam aliran darah akan meningkat pada akhir trimester III. Tubuh wanita hamil juga menyimpan lemak yang akan mendukung persiapannya untuk menyusui setelah bayi lahir.
4.      Kekurangan Vitamin
a)      Kekurangan vitamin A.
Ibu hamil berisiko mengalami kekurangan vitamin A terutama selama trimester terakhir ketika permintaan vitamin A untuk janin yang dikandung dan ibu hamil sendiri meningkat. Asupan vitamin A yang kurang selama hamil bisa mempengaruhi kemampuan penglihatan dan juga perkembangan paru-paru janin.
b)     Kekurangan Vitamin B1, B2, B3, B5 dan B6
Dampak kekurangan vitamin ini akan menimbulkan efek yang sama baik pada ibu hamil maupun orang biasa yaitu diantaranya : B1 akan menyebabkan berbagai gangguan seperti kulit kering dan bersisik, beri-beri, gangguan saluran pencernaan, jantung dan system saraf, B2 akan menyebabkan menurunnya daya tahan tubuh, kulit bersisik, mulut kering, bibir pecah-pecah dan sariawan, B3 akan menyebabkan kekejangan, keram otot, gangguan sistem pencernaan, muntah-muntah dan mual, B5 atau B6 akan menyebabkan kulit pecah-pecah dan bersisik, keram otot dan kesulitan untuk tidur.
c)      Spina Bifida (kekurangan asam folat /B9 selama masa kehamilan)
Hampir semua kalangan tentunya mengenal vitamin B9 sebagai Asam folat. Asam Folat atau Vitamin B9 membantu sel tubuh membentuk dan menjaga DNA. Asam folat sangat penting untuk kesehatan salah satunya kesehatan ibu hamil dan janin yang dikandung. Menurut salah satu hasil riset di Amerika, trimester pertama kehamilan merupakan fase pembentukan system saraf pusat janin, termasuk otak dan sumsum tulang belakang. Dan pada masa kehamilan, kebutuhan tubuh akan asam folat meningkat. Hal ini karena asam folat berguna dalam proses metabolism tubuh, produksi heme untuk menghasilkan hemoglobin.  Namun, faktanya di masa-masa awal pertumbuhan janin ini (trimester pertama) banyak wanita yang belum menyadari bahwa dirinya sedang hamil (biasanya kehamilan baru disadari setelah minggu ke-5 atau ke-6). 
Kekurangan (deficiency) asam folat selama kehamilan dapat menyebabkan bayi /janin mengalami spina bifida , suatu Neural Tube Defects (NTDs) yaitu adanya celah pada tulang belakang karena gagal tertutupnya tabung saraf tulang belakang pada hari ke-38 pasca konsepsi (pembuahan). Resiko NTDs dapat dikurangi hingga 80 % dengan konsumsi asam folat yang cukup sebelum dan selama kehamilan. Spina Bifida merupakan suatu masalah tulang belakang, dimana saraf-saraf yang mengontrol fungsi gerak dan fungsi-fungsi tubuh lainnya tidak berjalan dengan sempurna. Anak-anak yang mengalami spina bifida ini akan memiliki kecacatan seumur hidup, dan mereka juga membutuhkan banyak tindakan operasi selama hidupnya.
Agar janin tidak mengalami Spina bifida, Ibu Hamil sangat dianjurkan untuk memenuhi asupan vitamin B9 atau Asam Folat. Sumber alami  dari Vitamin B9 adalah sayuran hijau, gandum, buncis, kelapa, daging, ikan, hati, jeruk, jamur, kacang, dan ragi.  
d)     Kekurangan vitamin B12.
Vitamin B12 diperlukan tubuh untuk membentuk DNA, RNA, lemak dan beberapa hormon serta protein yang berperan penting untuk membentuk sel darah merah dan menjaga saraf tetap bekerja dengan baik.
Selama hamil cadangan vitamin B12 dalam tubuh kemungkinan habis yang membuatnya berisiko mengalami defisiensi. Kekurangan vitamin B12 bisa menyebabkan komplikasi pada kehamilannya.


e)      Kekurangan Vitamin C
Jika kekurangan / defisiensi vitamin C dapat mengakibatkan keracunan kehamilan, ketuban pecah dini (KPD). Vitamin C berguna untuk mencegah terjadinya ruptur membran, sebagai bahan semen jaringan ikat dan pembuluh darah. Fungsi lain dapat mengakibatkan absorbsi zat besi non hem, meningkatkan absorbsi suplemen besi dan profilaksis perdarahan post partum. Kebutuhannya 10 mg/hari lebih tinggi dari ibu tidak hamil.
f)       Kekurangan kalsium dan vitamin D.
Kebutuhan kalsium dan vitamin D akan meningkat selama kehamilan untuk mendukung pertumbuhan dan perkembangan tulang serta gigi bayi. Jika asupan kalsium dan vitamin D tidak mencukupi, maka bayi akan mengambilnya dari tulang ibu. Hal ini meningkatkan risiko osteoporosis pada ibu dan infeksi pernapasan pada bayi.
g)      Kekurangan Vitamin E
Kekurangan vitamin E akan menyeabkan sel darah merah terbelah. Proses ini disebut hemolisis eritrodit dan dapat dihindari dengan vitamin E. Akibat lain kekurangan vitamin E adalah : perubahan degeneratif pada sistem saraf dan otot, kelemahan dan kesulitan berjalan, nyeri pada otot betis, gangguan penglihatan, anemia, retensi cairan (odem), kelainan kulit.
Pada bayi, kekurangan vitamin E dapat menyebabkan kelainan yang mengganggu penyerapan lemak pada bayi yang prematur dan kekurangan gizi. Namun kekurangan vitamin E sesungguhnya sangat jarang terjadi karena vitamin ini banyak terdapat dalam makanan, terutama dalam minyak sayur. Pada manusia kekurangan vitamin E bisa disebabkan karena diet yang sangat buruk dalam jangka waktu lama.
h)     Kekurangan Vitamin K
Kecenderungan terjadinya perdarahan akibat gangguan proses koagulasi yang disebabkan oleh kekurangan vitamin K atau dikenal dengan Vitamin K Deficiency Bleeding (VKDB). PDVK adalah terjadinya perdarahan spontan atau perdarahan karena proses lain seperti pengambilan darah vena atau operasi yang disebabkan karena berkurangnya aktivitas faktor koagulasi yang tergantung vitamin K (faktor II, VII, IX dan X) sedangkan aktivitas faktor koagulasi yang tidak bergantung pada vitamin K, kadar fibrinogen dan jumlah trombosit masih dalam batas normal.
5.      Kekurangan Mineral
Kekurangan mineral pada ibu hamil dapat menyebabkan terganggunya pertumbuhan dan perkembangan janin serta proses diferensiasi sel. Tak Cuma itu tambahan zat gizi lain yang penting juga dibutuhkan nuntuk membantu proses metabolism energy menjadi terganggu .
2.4 Eklampsia Dan Preeklampsia
Gejala-gejala subjektif yang dapat timbul berupa sakit kepala didaerah prontal, diplopia, penglihatan kabur, nyeri didaerah epigastrium, mual dan muntah. Hal ini menunjukkan akan terjadinya eklampsia.
·      Diagnosis
Diagnosis  didasarkan  adanya  trias  yaitu hipertensi, edema dan proteinuria. Diagnosis  diperensial antara  preeklamsia dengan hipertensi menahun atau penyakit ginjal tidak jarang menimbulkan kesukaran. Pada hipertensi menahun ditemukan adanya tekanan darah yang tinggi sebelum hamil, pada kehamilan muda atau 6 bulan postpartum. Pada pemeriksaan funduskopi ditemukan  perdarahan  dan eksudet pada hipertensi menahun. Untuk penyakit ginjal proteinuria timbul sebelum hamil sedang pada   preeclampsi  jarang  timbul sebelum trimester 3.
·      Pencegahan
Perlu diwaspadai  adanya  kemungkinan preeclampsia pada  wanita  hamil yang mempunyai faktor yang predisposisi. Walaupun  timbul preeclampsia tidak dapat dicegah sepenuhnya, namun frekuensinya dapat dikurangi dengan pemberian penerangan dan pelaksanaan pengawasan yang baik pada wanita hamil. Penerangan  tentang  manfaat  istirahat dan diet berguna dalam pencegahan. Istirahat, mengurangi pekerjaan sehari-hari  seperti diet tinggi  protein,  rendah lemak, karbohidrat, garam dan penambahan berat badan yang tidak berlebihan.
1)   Preeklampsia Ringan
-       Definisi
Timbulnya hifertensi yang khas untuk kehamilan merupakan penyakit hifertensip yang akut pada wanita hamil dan wanita dalam nifas akan timbulnya hipertensi disertai proteinuri dan edema akibat kehamilan setelah umur kehamilan 20 mmg.
-          Diagnosis
1.    Tekanan sistolis 140 mmHg tekanan kenaikan diatas 30 mm bahkan tekananya beda dari biasanya. Tekanan diastolis 90 mmHg bahkan kenaikannya mencapai 15 mm diatas tekanan yang biasa. Tekanan darah yang meninggi ini sekurangnya diukur 2 kali dengan antara 6 jam.
2.    Proteinuria ialah protein lebih dari 0,3 g/1 dalam urine 24 jam atau lebih dari 1 g/1 pada urine yang sembarangan. Urin yang diambil untuk pemeriksaan harus urine yang bersih atau urine yang diperoleh dengan penyadapan.
3.    Udema yang tetap pada jari tangan dan mata.
2)   Preeklampsi Berat
Timbulnya hipertensi >106/>110 mmHg disertai proteinuri dan edema setelah umur kehamilan 20 minggu, dan paling sering terjadi pada primigravida yang muda penyakit ini timbul pada seorang primigravida dan biasanya ada factor-faktor predisposisi seperti hipertensi, diabetes ( DM ) atau kehamilan ganda.
Gejala-gejala pada preeklampsi diantaranya:
a.    Hipertensi: Gejala yang paling dulu timbul ialah hypertensi sebagai batas diambil tekanan darah 140 mm sistolis dan 90 mm diastolis tapi juga kenaikan sistolis 30 mm atau diastolis 15 mm diatas tekanan yang biasa merupakan pertanda diambilnya darah.
b.    Oedema: Timbulnya oedema didahului oleh tambah berat badan yang berlebihan, penambahan berat badan ½ pada seorang yang hamil itu dianggap normal, tapi kalau mencapai 1 kg seminggu atau 3 kg dalam sebulan preeklampsi harus dicurigai karena pertambahan berat badan yang sekonyong-konyong ini disebabkan retensi air dalam jaringan dan kemudian baru oedema nampak dan oedema ini tidak hilang dengan istirahat.
c.    Proteinuria: Proteinuria sering ditemukan pada preeklampsi bentuknya rupa-rupa karena vasospasmus pembuluh-pembuluh darah ginjal, proteinuria biasnya timbul lebih lambat dari hypertensi dan tambah berat.

§  Eklampsia
Eklampsia adalah terjadinya konfulsi atau koma pada pasien disertai tanda dan gejala preeclampsia konvulsi atau koma dapat muncul tanpa didahului gangguan neurologis. Ibu yang mengalami hipertensi kronis bisa mengalami preeklampsia atau eklampsia pada ibu hipertensi kronis meningkatkan morbiditas dan motalitas maternal dan perinatal. ACOG merekomendasikan supaya diagnosis preeklampsia pada hipertensi kronis ini dibuat berdasarkan peningkatan tekanan darah yang disertai proteinuria atau edema umum ( Consensus Report, 1990 ).
Perkembangan hipertensi selama masa hamil selama 24 jam pertama nifas tanpa tanda preeklampsia atau hipertensi sementara kemungkinan bisa menjadi hipertensi esensial dikemudian hari.
Secara etiologi preeclampsia ialah suatu kondisi yang hanya terjadi pada kehamilan manusia tanda dan gejala timbul hanya selama masa hamil dan menghilang dengan cepat setelah janin dan plasenta lahir. Tidak ada profil tertentu yang mengidentipikasi wanita yang akan menderita preeclampsia.
2.5 Hiperemesis Gravidarum
A. Pengertian
Hiperemesis Gravidarum adalah mual dan muntah berlebihan pada wanita hamil sampai mengganggu pekerjaan sehari-hari karena keadaan umumnya menjadi buruk, karena terjadi dehidrasi. (Rustam Mochtar, 1998).
Mual biasanya terjadi pada pagi hari, tetapi dapat timbul setiap saat dan bahkan malam hari. Gejala-gejala ini kurang lebih terjadi 6 minggu setelah hari pertama haid dan berlangsung selama kurang lebih 10 minggu. Hiperemesis Gravidarum (vomitus yang merusak dalam kehamilan) adalah nausea dan vomitus dalam kehamilan yang berkembang sedemikian luas sehingga terjadi efek sistemik, dehidrasi dan penurunan berat badan. (Ben-Zion, MD, hal : 232) Hiperemesis diartikan sebagai muntah yang terjadi secara berlebihan selama kehamilan. (Hellen Farrer, 1999, hal:112
B. Etiologi
Penyebab hiperemesis gravidarum belum diketahui secara pasti. Frekuensi kejadian adalah 3,5 per 1000 kehamilan. Faktor-faktor predisposisi yang dikemukakan ( Rustan Mochtar, 1998 ) antara lain yaitu:
1.      Faktor organik, yaitu karena masuknya vili khoriales dalam sirkulasi maternal dan perubahan metabolik akibat kehamilan serta resistensi yang menurun dari pihak ibu terhadap perubahan-perubahan ini serta adanya alergi, yaitu merupakan salah satu respon dari jaringan ibu terhadap janin.
2.      Faktor Psikologik. Faktor ini memegang peranan penting pada penyakit ini. Rumah tangga yang retak, kehilangan pekerjaan, takut terhadap kehamilan dan persalinan, takut terhadap tanggungan sebagai ibu, dapat menyebabkan konflik mental yang dapat memperberat mual dan muntah sebagai ekspresi tidak sadar terhadap keengganan menjadi hamil atau sebagai pelarian kesukaran hidup
3.      Faktor endokrin lainnya yaitu hipertiroid, diabetes, peningkatan kadar HCG dan lain-lain.
C. Patologi
Pada otopsi wanita meninggal karena hiperemesis gravidarum diperoleh keterangan bahwa terjadinya kelainan pada organ-organ tubuh adalah sebagai berikut:
a)      Pada tingkat ringan hanya ditemukan degenerasi lemak sentrilobuler tanpa nekrosis.
b)      Hepar jantung atrofi, menjadi lebih kecil dari biasa. Kadang kala dijumpai perdarahan sub-endokardial.
c)      Jantung terdapat bercak-bercak perdarahan pada otak dan kelainan seperti pada ensepalopati Wirnicke.
d)     Otak ginjal tampak pucat dan degenerasi lemak dapat ditemukan pada tubuli kontorti.
e)      Ginjal


D. Patofisiologi
Perasaan mual adalah akibat dari meningkatnya kadar estrogen yang biasa terjadi pada trimester I. Bila terjadi terus-menerus dapat mengakibatkan dehidrasi dan tidak imbangnya elektrolit dengan alkalosis hipokloremik. Hiperemesis gravidarum ini dapat mengakibatkan cadangan karbohidrat dan lemak habis terpakai untuk keperluan energi. Karena okisidasi lemak yang tak sempurna, terjadilah ketosis dengan tertimbunnya asam aseto-asetik, asam hidroksida butirik, dan aseton dalam darah. Muntah menyebabkan dehidrasi, sehingga cairan ekstraseluler dan plasma berkurang.
Natrium dan klorida darah turun. Selain itu, dehidrasi menyebabkan hemokonsentrasi, sehingga aliran darah ke jaringan berkurang. Hal ini menyebabkan jumlah zat makanan dan oksigen ke jaringan berkurang pula tertimbunnya zat metabolik yang toksik. Di samping dehidrasi dan gangguan keseimbangan elektrolit, dapat terjadi robekan pada selaput lendir esofagus dan lambung (sindroma mollary-weiss), dengan akibat perdarahan gastrointestinal.
E. Tanda dan Gejala
Batas mual dan muntah berapa banyak yang disebut hiperemesis gravidarum tidak ada kesepakatan. Ada yang mengatakan, bila lebih dari sepuluh kali muntah. Akan tetapi, apabila keadaan umum ibu terpengaruh dianggap sebagai hiperemesis gravidarum. Hiperemesis gravidarum menurut berat ringannya gejala dibagi menjadi tiga tingkatan, yaitu:
1)   Tingkatan I (Ringan)
a. Mual muntah terus-menerus yang mempengaruhi keadaan umum penderita.
b. Ibu merasa lemah.
c. Nafsu makan tidak ada.
d. Berat badan menurun.
e. Merasa nyeri pada epigastrium.
f. Nadi meningkat sekitar 100 per menit.
g. Tekanan darah menurun.
h. Turgor kulit berkurang.
i. Lidah mengering.
j. Mata cekung.
2)  Tingkatan II (sedang)
a. Penderita tampak lebih lemah dan apatis.
b. Turgor kulit mulai jelek.
c. Lidah mengering dan tampak kotor.
d. Nadi kecil dan cepat.
e. Suhu badan naik (dehidrasi).
f. Mata mulai ikteris.
g. Berat badan turun dan mata cekung.
h. Tensi turun, hemokonsentrasi, oliguria, dan kontipasi.
i.  Aseton tercium dari hawa pernafasan dan terjadi asetonuria.
3)  Tingkatan III ( Berat )
a. Keadaan umum lebih parah (kesadaran menurun dari somnolen sampai koma).
b. Dehidrasi hebat.
c. Nadi kecil, cepat dan halus.
d. Suhu meningkat dan tensi turun.
e. Terjadi komplikasi fatal pada susunan saraf yang dikenalsebagai ensepalopati Wernicke, dengan gejala nistagmus, diplopia, dan penurunan mental.
f. Timbul ikterus yang menunjukkan adanya payah hati.
F. Penanganan
1)   Pencegahan
Pencegahan terhadap hiperemesis gravidarum diperlukan dengan jalan memberikan penerapan tentang kehamiloan dan persalinan sebagai suatu proses yang fisiologi. Hal itu dapat dilakukan dengan cara :
a.    Memberikan keyakinan bahwa mual dan muntah merupakan gejala yang fisiologik pada kehamilan muda dan akan hilang setelah kehamilan berumur 4 bulan.
b.   Ibu dianjurkan untuk mengubah pola makan sehari-hari dengan makanan dalam jumlah kecil tetapi sering.
c.    Waktu bangun pagi jangan segera turun dari tempat tidur, tetapi dianjurkan untuk makan roti kering atau biskuit dengan teh hangat.
d.   Hindari makan yang berminyak dan berbau lemak.
e.    Makan makanan dan minuman yang disajikan jangan terlalu panas ataupun terlalu ingin.
f.    Usahakan defekasi teratur.
2)      Terapi obat-obatan
Apabila dengan cara di atas keluhan dan gejala tidak berkurang diperlukan pengobatan.
a. Tidak memberikan obat yang teratogen.
b. Sedetiva yang sering diberikan adalah Phenobarbital.
c. Vitamin yang dianjurkan adalah vitamin B1 dan B6.
d. Anthistaminika seperti dramamin, avomin.
e. Pada keadaan berat, antiemetik seperti disiklomin hidrokhloride atau khlorpromasin.
3) Hiperemesis gravidarum tingkatan II dan III harus dirawat inap di rumah sakit.
Adapun terapi dan perawatan yang diberikan adalah sebagai berikut:
a.   Isolasi
Penderita disendirikan dalam kamar yang tenang, tetapi cerah, dan peredaran udara baik. Jangan terlalu banyak tamu, kalau perlu hanya perawat dan dokter saja yang boleh masuk. Catat cairan yang keluar dan masuk. Kadang-kadang isolasi dapat mengurangi atau menghilangkan gejala ini tanpa pengobatan.
b.      Terapi psikologik
Berikan pengertian bahwa kehamilan adalah suatu hal yang wajar, normal, dan fisiologis, jadi tidak perlu takut dan khawatir. Yakinkan penderita bahwa penyakit dapat disembuhkan dan dihilangkan masalah atau konflik yang kiranya dapat menjadi latar belakang penyakit ini.
c.       Terapi parental
Berikan cairan parental yang cukup elektrolit, karbohidrat, dan protein dengan glukosa 5% dalam cairan garam fisiologik sebanyak 2-3 liter sehari. Bila perlu dapat ditambah kalium dan vitamin, khususnya vitamin B kompleks dan vitamin C dan bila ada kekurangan protein, dapat diberikan pula asam amino secara intravena. Buat dalam daftar kontrol cairan yang masuk dan dikeluarkan. Berikan pula obat-obatan seperti yang telah disebutkan di atas.
d.      Terminasi kehamilan
Pada beberapa kasus keadaan tidak menjadi baik, bahkan mundur. Usahakan mengadakan pemeriksaan medik dan psikiatrik bila keadaan memburuk.
Delirium, kebutaan, takhikardi, ikterius, anuria, dan perdarahan merupakan manifestasi komplikasi organik. Dalam keadaan demikian perlu dipertimbangkan untuk mengakhiri kehamilan. Keputusan untuk melakukan abortus terapeutik sering sulit diambil, oleh karena di satu pihak tidak boleh dilakukan terlalu cepat, tetapi di lain pihak tidak boleh menunggu sampai terjadi gejala irreversibel pada organ vital.
G. Prognosis
Dengan penanganan yang baik prognosis hiperemesis gravidarum sangat mamuaskan. Penyakit ini biasanya dapat membatasi diri, namun demikian pada tingkatan yang berat, penyakit in dapat mengancam jiwa ibu dan janin.
2.6 Kehamilan Kembar
Seperti juga semua kehamilan baik kehamilan tunggal atau kembar mempunyai resiko, dan memang untuk kehamilan kembar resiko menjadi lebih tinggi. Tapi tentu saja bukan saatnya untuk menjadi kuatir setiap waktu,  kehamilan kembar ini juga adalah Anugerah dan anda tidak dapat mencegah untuk mendapatkan kehamilan kembar ini.  Tetapi anda dapat mempersiapkan diri dengan lebih baik untuk menghadapi kehamilan kembar anda dan resikonya.
Persiapan yang dapat dilakukan untuk kehamilan kembar yang sehat;
·         Nutrisi yang mencukupi:  BBLR atau berat badan lahir rendah adalah salah satu dari kebanyakan permasalahan dengan kelahiran kembar.  Dengan memberikan nutrisi makanan yang cukup dan sehat  dengan diet yang seimbang, akan membantu menurunkan kemungkinan komplikasi.  Makan dengan nutrisi yang mencukupi, dalam kehamilan ini anda memerlukan tambahan 300 - 500 kalori perhari, makan dengan variasi makanan seimbang.
·         Pemeriksaan Antenatal Care yang teratur: Setiap kehamilan sebaiknya melakukan pemeriksaan antenatalcare yang teratur sehingga dokter dapat melakukan pemeriksaan dan pemantauan terhadap kehamilan baik ibu dan bayi.  Begitu juga untuk kehamilan kembar anda perlu untuk melakukan pemeriksaan ANC yang teratur sesuai jadwal yang diberikan untuk memonitor kehamilan kembar anda sehingga dapat membantu untuk menurunkan resiko atau komplikasi yang berhubungan dengan kehamilan kembar.  Dengan melakukan pemeriksaan ANC teratur anda dapat lebih yakin bahwa anda dalam monitor dan penanganan medis yang terbaik sedapat mungkin.
·         Istirahat Yang Cukup: Pada kehamilan kembar tubuh anda bekerja dua kali lebih keras, untuk itu anda juga memerlukan istirahat dua kali lebih banyak.  Cobalah untuk mencari waktu untuk beristirahat selama aktivitas anda sehari-hari.  Carilah bantuan untuk melakukan pekerjaan rumah tangga anda. Dokter anda mungkin akan menganjurkan anda untuk mengambil cuti kerja lebih awal bila anda bekerja, dan bahkan mungkin untuk melakukan istirahat tidur dirumah
2.7  Diit Pre Eklamsia Dan Diit Hiperemesis
I.     Diet Preeklamsia
-       Tujuan Diet:
Mencapai & mempertahankan status gizi normal, mencapai & mempertahankan tekanan darah normal, mencegah & mengurangi retensi garam/air, mencapai keseimbangan nitrogen, menjaga agar penambahan berat badan tdk melebihi normal, mengurangi & mencegah timbulnya factor resiko lain pd saat hamil/ setelah melahirkan.
-       Syarat diet:
1.      Energy & semua zat gizi cukup sesuai kemampuan pasien.
2.      Pertambahanan energy tdk>300 kkal dari makanan sebelum hamil.
3.      Garam diberikan rendah sesuai berat ringannya retensi garam/air. Pertambahanan BB diusahakan seimbang.
4.      Protein tinggi, 1,5-2 gr/kg BB.
5.      Lemak & KH cukup. Vitamin cukup terutama vit.c & B6 sedikit lebih tinggi, mineral cukup terutama kalium & kalsium.
6.      Bentuk makanan sesuai kemampuan pasien.
7.      Cairan 2500 ml/hr. pada keadaan oliguria, cairan dibatasi & disesuaikan dengan cairan yang keluar melalui urin, muntah, keringat & pernapasan.
Macam Diet Preeklampsia
Ø  Diet Preeklampsia I
·         Diberikan kepada pasien dengan preeklampsia berat
·         Makanan diberikan dalam bentuk cair, yang terdiri dari susu dan sari buah
·         Jumlah cairan diberikan paling sedikit 1500 ml sehari per oral dan kekurangannya diberikan secara parental
·         Makanan ini kurang energi dan zat gizi karena itu hanya diberikan 1 – 2 hari
Ø  Diet Preeklampsia II
·         Sebagai makanan perpindahan dari diet preeklampsia I atau kepada pasien preeklampsia yang penyakitnya tdk begitu besar
·         Makanan berbentuk saring atau lunak.
·         Diberikan sebagai diet rendah garam I
·         Makanan ini cukup energi dan zat gizi lainnya
Ø  Diet Preeklampsia III
·         Sebagai makanan perpidahan dari diet preeklampsia II atau kepada pasien dengan preeklampsia ringan.
·         Makanan ini mengandung protein tinggi dan rendah garam .
·         Diberikan dalam bentuk lunak atau biasa .
·         Jumlah energi harus disesuaikan dengan kenaikan berat badan yang boleh lebih dari 1 kg per bulan .

Tabel 2.2 contoh menu makan sehari ibu hamil diit preeklampsia
Makan pagi
Makan siang
Makan malam
ü  Nasi tim
ü  Telur ceplok
ü  Tumis Kacang Panjang
ü  Taoge

ü  Nasi Tim
ü  Daging bb Terik
ü  Tempe bacem
ü  Buah

ü  Nasi Tim
ü  Ikan bb Kuning
ü  Gadon Tahu
ü  Tumis Kangkung
ü  Buah

Rasa yang kurang enak bisa diperbaiki dengan penggunaan bumbu alami seperti bawang, lengkuas dan lain-lain yang memberikan rasa sedap pada makanan atau dengan cara pengolahan seperti dipanggang dan sebagainya


Diet Hiperemesis Gravidarum
1)      Tujuan
Diet pada hiperemesis gravidarum bertujuan untuk mengganti persediaan glikogen tubuh dan mengontrol asidosis secara berangsur memberikan makanan berenergi dan zat gizi yang cukup.
2) Syarat
Diet hiperemesis gravidarum memiliki beberapa syarat, diantaranyan adalah:
a)      Karbohidrat tinggi
b)      Lemak rendah
c)      Protein sedang
d)     Makanan diberikan dalam bentuk kering; pemberian cairan disesuaikan
dengan keadaan pasien, yaitu 7-10 gelas per hari
e)      Makanan mudah cerna, tidak merangsang saluran pencernaan, dan diberikan sering dalam porsi kecil
f)       Bila makan pagi dan siang sulit diterima, pemberian dioptimalkan pada makan
malam dan selingan malam
g)      Makanan secara berangsur ditingkatkan dalam porsi dan nilai gizi sesuai
dengan keadaan dan kebutuhan gizi pasien
3) Macam-macam Diet
Ada 3 macam diet pada hiperemesis gravidarum,yaitu:
1.      Diet Hiperemesis I
Diet hiperemesis I diberikan kepada pasien dengan hiperemesis gravidarum berat. Makanan hanya terdiri dari roti kering, singkong bakar atau rebus, ubi bakar atau rebus, dan buah-buahan. Cairan tidak diberikan bersama makanan tetapi 1-2 jam sesudahnya. Karena pada diet ini zat gizi yang terkandung di dalamnya kurang, maka tidak diberikan dalam waktu lama.


2.      Diet Hiperemesis II
Diet ini diberikan bila rasa mual dan muntah sudah berkurang. Diet diberikan secara berangsur dan dimulai dengan memberikan bahan makanan yang bernilai gizi tinggi. Minuman tidak diberikan bersamaan dengan makanan. Pemilihan bahan makanan yang tepat pada tahap ini dapat memenuhi kebutuhan gizi kecuali kebutuhan energi.
3.      Diet Hiperemesis III
Diet hiperemesis III diberikan kepada pasien hiperemesis gravidarum ringan. Diet diberikan sesuai kesanggupan pasien, dan minuman boleh diberikan bersama makanan. Makanan pada diet ini mencukupi kebutuhan energi dan semua zat gizi.
4) Makanan yang dianjurkan untuk diet hiperemesis I, II, dan III adalah :
a)    Roti panggang, biskuit, crackers
b)   Buah segar dan sari buah
c)    Minuman botol ringan, sirop, kaldu tak berlemak, teh dan kopi encer
5) Makanan yang tidak dianjurkan untuk diet hiperemesis I, II, III adalah makanan yang umumnya merangsang saluran pencernaan dan berbumbu tajam. Bahan makanan yang mengandung alkohol, kopi, dan yang mengadung zat tambahan (pengawet, pewarna, dan bahan penyedap) juga tidak dianjurkan.
Karakteristik Ibu Hamil yang Mengalami Hiperemesis Gravidarum
a. Gravida
·         Faktor presdisposisi yang sering ditemukan sebagai penyebab hiperemesis
·         gravidarum adalah pada primigravida (Prawihardjo, 2005).
·         Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa kejadian hiperemesis gravidarum lebih sering dialami oleh primigravida daripada multigravida, hal ini berhubungan dengan tingkat kestresan dan usia si ibu saat mengalami kehamilan pertama (Nining, 2009).
·         Hiperemesis gravidarum terjadi 60-80% pada primigravida dan 40-60% pada multigravida (Arief.B, 2009).

2.8 Komplikasi Kehamilan Anemia Dan Gestional Diabetes
1.      Anemia
Anemia juga biasa dialami oleh ibu hamil.  Hal ini umumnya disebabkan adanya kekurangan zat besi.  Pada kehamilan awal, disarankan untuk memeriksa darah, apakah ibu mengidap anemia atau tidak.
Gejala:
·         Cepat lelah
·         Wajah pucat
·         Sulit bernafas
·         Seperti ingin pingsan
Faktor resiko:
·         Ibu hamil yang kurang nutrisi
·         Ibu hamil yang sulit makan karena mual dan muntah
·         Kehamilan kembar
·         Kehamilan dengan jarak yang berdekatan dengan kehamilan sebelumnya
Pengobatan atau makanan yang baik:
·         Vit B12 dengan asam folat sangat penting untuk metabolisme intra sel Dibutuhkan untuk sintesis DNA yang normal
·         Folat terdapat pada setiap jenis makanan dengan kadar tertinggi dalam hati, ragi dan daun hijau yang segar. Folat mudah rusak dengan pengolahan (pemasakan) makanan
·         Mengkonsumsi vitamin zat besi yang disarankan dokter SpOG untuk mengatasinya.
·         Bantu dengan makanan yang kaya zat besi seperti daging merah, bayam dan buah-buahan kering
2.      Gestational diabetes
yaitu kehamilan dimana ibu hamil mengalami kadar gula darah yang tinggi karena tubuh tidak cukup memproduksi cukup insulin.  Insulin adalah sebuah hormon yang dibuat oleh pankreas yang membuat sel merubah gula menjadi energi atau bahan bakar yang berguna. Apabila diabetes saat hamil tidak diobati, akan mempengaruhi janin.  Bayi akan lahir dengan berat berlebih atau besar.
Faktor resiko:
·         Ibu hamil yang sebelumnya sudah mengidap diabetes
·         Kegemukan
·         Ibu hamil di usia matang
·         Ibu hamil dengan riwayat diabetes dalam keluarga
Gejala:
·         Rasa haus dan lapar yang berlebihan
·         Sering buang air kecil
·         Kenaikan tekanan darah
·         Gula dalam urin
·         Kelelahan
Cara mengatasi:
Caranya dengan diet ketat untuk mengurangi berat badan, olah raga teratur dan kontrol gula darah secara teratur
2.9  Menu Keseharian Ibu Hamil
Makanan dengan gizi seimbang dapat diperoleh dari karbohidrat dan lemak sebagai sumber zat tenaga, protein sebagai sumber zat pembangun, serta vitamin dan mineral sebagai zat pengatur. Kebutuhan nutrien akan meningkat selama hamil, namun tidak semua kebutuhan nutrien meningkat secara proporsional.
Hal yang perlu diperhatikan ibu hamil dalam mengatur menu makanan selama hamil, antara lain:
1.      Menghindari mengkonsumsi makanan kaleng, makanan manis yang berlebihan, susu berlemak dan makanan yang sudah tidak segar.
2.      Ibu hamil sebaiknya makan teratur sedikitnya tiga kali sehari.
3.      Hidangan yang tersusun dari bahan makanan bergizi.
4.      Mempergunakan aneka ragam makanan yang ada.
5.      Memilih dan membeli berbagai macam bahan makanan yang segar.
6.      Mengurangi bahan makanan yang banyak mengandung gas, seperti sawi, kool, kubis dan lain-lain.
7.      Mengurangi bumbu yang merangsang, seperti pedas, santan kental.
8.      Menghindari merokok dan minum-minuman keras.
Pada dasarnya menu makanan untuk ibu hamil, tidak banyak berbeda dari menu sebelum hamil. Oleh karena itu, diharapkan tidak ada kesulitan dalam pengaturan menu selama hamil.
Bahan makanan yang dianjurkan dikonsumsi dalam sehari, antara lain:
Porsi
Roti, serealia, nasi dan mie
6 piring/porsi
Sayuran
3 mangkuk
Buah
4 potong
Susu, yoghurt dan atau keju
2 gelas
Daging, ayam, ikan, telur dan kacang-kacangan
3 potong
Lemak, minyak
5 sendok teh
Gula
2 sendok makan
Kebutuhan makanan ibu hamil per hari (sumber: Widya Karya Pangan dan Zat Gizi Indonesia)
Jumlah yang Dibutuhkan
Jenis Zat Gizi
10 porsi nasi/pengganti
2 sdm gula
4 sdm minyak goreng
7 porsi terdiri dari:
2 ptg ikan/daging, @ 50 gr
3 ptg tempe/tahu, @50-75 gr
1 porsi kacang hijau/merah
Sumber zat pengatur
7 porsi terdiri dari :
4 porsi sayuran berwarna @ 100 gr
3 porsi buah2an @ 100 gr
Susu
2-3 gelas
Contoh menu makanan dalam sehari bagi ibu hamil
Bahan Makanan
Porsi Hidangan Sehari
Jenis Hidangan
Nasi
5 + 1 porsi
Makan pagi: nasi 1,5 porsi (150 gram) dengan ikan/daging 1 potong sedang (40 gram), tempe 2 potong sedang (50 gram), sayur 1 mangkok dan buah 1 potong sedang
Sayuran
3 mangkuk
Buah
4 potong
Tempe
3 potong
Makan selingan: susu 1 gelas dan buah 1 potong sedang
Daging
3 potong
Susu
2 gelas
Makan siang: nasi 3 porsi (300 gram), dengan lauk, sayur dan buah sama dengan pagi
Selingan: susu 1 gelas dan buah 1 potong sedang
Makan malam: nasi 2,5 porsi (250 gram) dengan lauk, sayur dan buah sama dengan pagi/siang
Selingan: susu 1 gelas
Minyak
2 gelas
Gula
2 sendok makan
Menu di atas dapat divariasikan dengan bahan makanan penggantinya, sebagai berikut:
Bahan Makanan Pengganti
1 porsi nasi (100 gram)
Roti 3 potong sedang (70 gram), kentang 2 biji sedang (210 gram), kue kering 5 buah besar (50 gram), mie basah 2 gelas (200 gram), singkong 1 potong besar (210 gram), jagung biji 1 piring (125 gram), talas 1 potong besar (125 gram), ubi 1 biji sedang (135 gram)
1 potong sedang ikan (40 gram)
1 potong kecil ikan asin (15 gram), 1 sendok makan teri kering (20 gram), 1 potong sedang ayam tanpa kulit (40 gram), 1 buah sedang hati ayam (30 gram), 1 butir telur ayam negeri (55 gram), 1 potong daging sapi (35 gram), 10 biji bakso sedang (170 gram) dan lainnya
1 mangkuk (100 gram) sayuran
Buncis, kol, kangkung, kacang panjang, wortel, labu siam, sawi, terong dan lainnya.
1 potong buah
1 potong besar papaya (110 gram), 1 buah pisang (50 gram), 2 buah jeruk manis (110 gram), 1 potong besar melon (190 gram), 1 potong besar semangka (180 gram), 1 buah apel (85 gram), 1 buah besar belimbing (140 gram), 1/4 buah nenas sedang (95 gram), 3/4 buah mangga besar (125 gram), 9 duku buah sedang (80 gram), 1 jambu biji besar (100 gram), 2 buah jambu air sedang (110 gram), 8 buah rambutan (75 gram), 2 buah sedang salak (65 gram), 3 biji nangka (45 gram), 1 buah sedang sawo (85 gram), dan lainnya.
2 potong sedang tempe (50 gram)
Tahu 1 potong besar (110 gram), 2 potong oncom kecil (40 gram), 2 sendok makan kacang hijau (20 gram), 2,5 sendok makan kacang kedelai (25 gram), 2 sendok makan kacang merah segar (20 gram), 2 sendok makan kacang tanah (15 gram), 1,5 sendok makan kacang mete (15 gram), dan lainnya.
1 gelas susu sapi (20 cc)
4 sendok makan susu skim (20 gram), 2/3 gelas yogurt non fat (120 gram), 1 potong kecil keju (35 gram), dan lainnya.
Minyak kelapa 1 sendok the (5 gram)
avokad 1/2 buah besar (60 gram), 1 potong kecil kelapa (15 gram), 2,5 sendok makan kelapa parut (15 gram), 1/3 gelas santan (40 gram), dan lainnya.
Gula pasir 1 sendok makan (13 gram)
1 sendok makan madu (15 gram)
BAB III
PENUTUP
2.6     Kesimpulan
1.      Masa kehamilan adalah sesuatu yang sangat ditunggu oleh banyak pasangan yang telah menikah, sehingga kadang kala mereka melakukan apa saja demi kesehatan ibu dan janin, namun kadang kala apa yang mereka lakukan terlalu berlebihan dan terlihat salah kaprah.
2.      Preeklampsia, eklampsia, dan hiperemesis gravidarum adalah komplikasi yang dapat terjadi pada saat kehamilan.  Ketiga gangguan ini sangat berpengaruh pada asupan nutrisi klien.  Di mana perlu diatur diit seimbang bagi pasien-pasien dengan gangguan tersebut.
3.      Lemak, karbohidrat dan protein adalah sumber energi utama bagi ibu hamil.  Kemudian tiga zat gizi penting yang terkandung dalam makanan, seperti asam folat, zat besi dan kalsium sangat berperan penting bagi kehamilan baik bagi ibu maupun bagi kehidupan awal janin.

2.7     Saran
Pengetahuan tentang gangguan pada masa kehamilan sangatlah penting, baik bagi para perempuan yang kelak menjadi calon ibu, dan bagi para mahasiswa laki-laki yang akan menjadi seorang bapak. Pemahaman kita tidak hanya dituntut karena sebatas profesi saja yang mengaruskan, namun lebih kepada kita sebagai calon orang tua, yang mampu peduli pada kesehatan pasangan dan buah hati kita.
Semoga makalah ini menjadi salah satu pegangan untuk hal itu, dan menjadi salah satu referensi dalam mata ajar Ilmu Gizi dan referensi bagi calon orang tua yang membutuhkan.

DAFTAR PUSTAKA

Francin, P.
Gizi Dalam Kesehatan Reproduksi. EGC, Jakarta, 2005.

Wiryo, H. 2002. Peningkatan
Gizi Bayi, Anak, Ibu Hamil dan Menyusui dengan Bahan Makanan Lokal. Jakarta: Sagung Seto.

1 komentar: