BAB
I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Asuhan
keperawatan berlaku sejak terjadi pembuahan pada ibu, hingga manusia lahir,
tumbuh dan berkembang, memasuki usia remaja, dewasa, menua bahkan hingga terminal
dan menjelang ajal. Tidak hanya ketika
manusia itu sakit, juga dalam keadaan sehatnya. Perawat mendampingi, bahkan
dengan setia memberikan yang terbaik bagi kliennya dengan tujuan hanya demi
kebaikan.
Proses menua,
adalah wajar dan terjadi pada semua manusia yang hidup. Tidak ada yang dapat lolos dan
menghindarinya. Selama ia tidak sakit
ataupun meninggal pada usia muda. Secara wajar proses ini akan berlangsung,
tidak ada satupun manusia yang dapat awet muda, ataupun lebih sakral lagi
dengan hidup abadi.
Menjadi tua,
dengan pasti akan diikuti oleh perubahan fisik dan psikis. Faktor lingkungan, personal, kehilangan
pasangan, ditinggal anak, tidak sekuat ketika muda dan penyakit menjadi hal
yang paling ditakuti lansia. Sehingga,
melakukan persiapan ataupun mengetahui hal apa yang akan terjadi di usia tua
menjadi suatu yang sangat harus diketahui oleh seorang manusia menjelang usia
tuanya. Termasuk perawat, yang
memberikan asuhan keperawatan pada semua manusia dan usia.
Penyakit, tidak
hanya menjadi masalah bagi lansia.
Selain karena faktor fisik yang mulai lemah, bahkan kehilangan sel-sel
nya yang semakin berkurang setiap hari. Maka pasti waktu-waktu ini akan selalu
dekat dengan yang namanya sakit atau penyakit.
1.2 Tujuan
Penulisan
1.2.1.1 Tujuan
Umum
Berdasarkan latar
belakang di atas, urgensi bagi seorang perawat untuk mengetahui keadaan fisik
ataupun psikososial pada usia lansia, dan bagaimana terjadinya proses
penuaan. Sebagai suatu fase yang pasti
akan dilewati oleh setiap manusia.
1.2.1.2 Tujuan
Khusus
·
Mengetahui bagaimana proses menua
terjadi pada manusia
·
Mengetahui Penyakit apa saja yang dapat
timbul pada masa tua atau lansia
·
Tindakan apa yang bisa dilakukan pada
lansia dengan memperhatikan proses penuaannya.
·
Mengetahui sejauh mana pemahaman
mahasiswa tentang proses penuaan.
·
Memenuhi tugas pembuatan makalah pada
mata ajar patologi
1.3 Rumusan
Masalah
·
Bagaimana kondisi fisik dan psikis
dewasa akhir dan lansia?
·
Bagaimana proses penuaan dapat terjadi
pada seorang manusia?
·
Penyakit apa saja yang rentan terjadi
pada manusia pada saat lansia sebagai bagian dari proses penuaan?
1.4 Metoda
Penulisan
·
Studi pustaka
Metode penulisan yang
kami lakukan dalam pembuatan makalah ini adalah dengan mengambil dan
mempelajari berbagai sumber baik dari buku, browsing di internet maupun dari
draft pembelajaran pada mata kuliah patologi
1.5 Sistematika
Penulisan
BAB I PENDAHULUAN
·
Latar Belakang
·
Tujuan Penulisan
·
Rumusan Masalah
·
Metode Penulisan
·
Sistematika Penulisan
BAB II PEMBAHASAN
·
Proses terjadinya Penuaan
·
Batasan Lanjut Usia
·
Kondisi Fisiologis Dan Patologis pada
Usia Lanjut
·
Terjadinya penuaan dini pada sebagian
manusia
BAB III PENUTUP
·
Kesimpulan
·
Saran
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Terjadinya Proses Penuaan
Penuaan adalah konsekuensi yang tidak dapat dihindarkan. Menua (menjadi tua) adalah suatu
proses menghilangnya secara perlahan-lahan kemampuan jaringan untuk
memeperbaiki diri/mengganti dan mempertahankan fungsi normalnya sehingga tidak
dapat bertahan terhadap infeksi dan memperbaiki kerusakan yang diderita
(Constantindes, 1994)
Proses menua
bukan merupakan suatu penyakit, melainkan suatu masa atau tahap hidup manusia,
yaitu; bayi, kanak-kanak, dewasa, tua, dan lanjut usia. Orang mati bukan karena
lanjut usia tetapi karena suatu penyakit, atau juga suatu kecacatan.
Akan
tetapi proses menua dapat menyebabkan berkurangnya daya tahan tubuh dalam menghadapi
rangsangan dari dalam maupun dari luar tubuh. Walaupun demikian, memang harus
diakui bahwa ada berbagai penyakit yang sering menghinggapi kaum lanjut usia.
Proses
menua sudah mulai berlangsung sejak seseorang mencapai usia dewasa. Misalnya
dengan terjadinya kehilangan jaringan pada otot, susunan saraf, dan jaringan
lain sehingga tubuh mati sedikit demi sedikit.
Sebenarnya tidak ada batas yang
tegas, pada usia berapa penampilan seseorang mulai menurun. Pada setiap orang,
fungsi fisiologis alat tubuhnya sangat berbeda, baik dalam hal pencapain puncak
maupun menurunnya
I.
Teori-Teori
Proses Menua
A.
Teori Biologi
1.Teori Seluler
Kemampuan
sel hanya dapat membelah dalam jumlah tertentu dan kebanyakan sel-sel tubuh
“diprogram” untuk membelah 50 kali. Jika sebuah sel pada lansia dilepas dari
tubuh dan dibiakkan di laboratorium, lalu diobservasi, jumlah sel yang akan
membelah akan terlihat sedikit. (Spence & Masson dalam Waton, 1992). Hal
ini akan memberikan beberapa pengertian terhadap proses penuaan biologis dan
menunjukkan bahwa pembelahan sel lebih lanjut mungkin terjadi untuk pertumbuhan
dan perbaikan jaringan, sesuai dengan berkurangnya umur.
Pada
beberapa sistem, seperti sistem saraf, sistem muskuloskeletal dan jantung, sel
pada jaringan dan organ dalam sistem itu tidak dapat diganti jika sel tersebut
dibuang karena rusak atau mati. Oleh karena itu, sistem tersebut beresiko
mengalami proses penuaan dan mempunyai kemampuan yang sedikit atau tidak sama
sekali untuk tumbuh dan memperbaiki diri. Ternyata sepanjang kehidupan ini, sel
pada sistem ditubuh kita cenderung mangalami kerusakan dan akhirnya sel akan
mati, dengan konsekuensi yang buruk karena sistem sel tidak dapat diganti.
2.
Teori
“Genetik Clock”
Menurut
teori ini menua telah diprogram secara genetik untuk species-species tertentu.
Tiap species mempunyai didalam nuclei (inti selnya) suatu jam genetik yang
telah diputar menurut suatu replikasi tertentu. Jam ini akan menghitung mitosis
dan menghentikan replikasi sel bila tidak berputar, jadi menurut konsep ini
bila jam kita berhenti kita akan meninggal dunia, meskipun tanpa disertai
kecelakaan lingkungan atau penyakit akhir yang katastrofal.
Konsep
genetik clock didukung oleh kenyataan bahwa ini merupakan cara menerangkan
mengapa pada beberapa species terlihat adanya perbedaan harapan hidup yang
nyata. (misalnya manusia; 116 tahun, beruang; 47 tahun, kucing 40 tahun, anjing
27 tahun, sapi 20 tahun)
Secara
teoritis dapat dimungkinkan memutar jam ini lagi meski hanya untuk beberapa
waktu dengan pangaruh-pengaruh dari luar, berupa peningkatan kesehatan,
pencegahan penyakit atau tindakan-tindakan tertentu.
Usia
harapan hidup tertinggi di dunia terdapat dijepang yaitu pria76 tahun dan
wanita 82 tahun (WHO, 1995)
Pengontrolan
genetik umur rupanya dikontrol dalam tingkat seluler, mengenai hal ini Hayflck
(1980) melakukan penelitian melalaui kultur sel ini vitro yang menunjukkan
bahwa ada hubungan antara kamampuan membelah sel dalam kultur dengan umur spesies.
Untuk
membuktikan apakan yang mengontrol replikasi tersebut nukleus atau sitoplasma,
maka dilakukan trasplantasi silang dari nukleus.
Dari hasil
penelitian tersebut jelas bahwa nukleuslah yang menentukan jumla replikasi,
kemudian menua, dan mati, bukan sitoplasmanya (Suhana, 1994)
3.
Sintesis
Protein (Kolagen Dan Elastin)
Jaringan
seperti kulit dan kartilago kehilangan elastisitasnya pada lansia. Proses
kehilangan elastisitas ini dihubungkan dengan adanya perubahan kimia pada
komponen perotein dalam jaringan tersebut. Pada lansia beberapa protein
(kolagen dan kartilago, dan elastin pada kulit) dibuat oleh tubuh dengan bentuk
dan struktrur yang berbeda dari protein yang lebih muda. Contohnya banyak
kolagen pada kartilago dan elastin pada klulit yang kehilangan fleksibilitasnya
serta menjadi lebih tebal, seiring dengan bertambahnya usia. (Tortora &
anagnostakos, 1990) hal ini dapat lebih mudah dihubungkan dengan perubahan
permukaan kulit yang kehilangan elastisitasnya dan cenderung berkerut, juga
terjadinya penurunan mobilitas dan kecepatan pada sistem muskuloskeletal.
4.
Keracunan
Oksigen
Teori
tentang adanya sejumlah penurunan kemampuan sel didalam tubuh untuk
mempertahankan diri dari oksigen yang mengandung zat racun dengan kadar yang
tinggi, tanpa mekanisme pertahan diri tertentu.
Ketidak
mampuan mempertahankan diri dari toksik tersebut membuat struktur membran sel
mangalami perubahan dari rigid, serta terjadi kesalahan genetik. (Tortora &
anagnostakos, 1990)
Membran
sel tersebut merupakan alat untuk memfasilitasi sel dalam berkomunikasi dengan
lingkungannya yang juga mengontrol proses pengambilan nutrien dengan proses
ekskresi zat toksik didalam tubuh. Fungsi komponen protein pada membran sel
yang sangat penting bagi proses diatas, dipengaruhi oleh rigiditas membran
tersebut. Konsekuensi dari kesalahan genetik adalah adanya penurunan reproduksi
sel oleh mitosis yang mengakibatkan jumlah sel anak di semua jaringan dan organ
berkurang. Hal ini akan menyebabkan peningkatan kerusakan sistem tubuh.
5.
Sistem
Imun
Kemampuan
sistem imun mengalami kemunduran pada masa penuaan. Walaupun demikian,
kemunduran kamampuan sistem yang terdiri dari sistem limfatik dan khususnya sel
darah putih, juga merupakan faktor yang berkontribusi dalam proses penuaan.
Mutasi
yang berulang atau perubahan protein pasca translasi, dapat menyebabkan
berkurangnya kamampuan sistem imun tubuh mengenali dirinya sendiri (self
recognition). Jika mutasi somatik menyebabkan terjadinya kelainan pada antigen
permukaan sel, maka hal ini akan dapat menyebabkan sistem imun tubuh menganggap
sel yang megalami perubahan tersebut sebagi sel asing dan menghancurkannya.
Perubahan inilah yang menjadi dasar terjadinya peristiwa autoimun (Goldstein,
1989)
Hasilnya
dapat pula berupa reaksi antigen antibody yang luas mengenai jaringan-jaringan
beraneka ragam, efek menua jadi akan menyebabkan reaksi histoinkomtabilitas
pada banyak jaringan.
Salah satu
bukti yang ditemukan ialah bertambahnya prevalensi auto antibodi bermacam-macam
pada orang lanjut usia (Brocklehurst, 1987)
Disisi
lain sistem imun tubuh sendiri daya pertahanannya mengalami penurunan pada
proses menua, daya serangnya terhadap sel kanker menjadi menurun, sehingga sel
kanker leluasa membelah-belah. Inilah yang menyebabkan kanker yang meningkat
sesuai dengan meningkatnya umur (Suhana, 1994)
Teori atau
kombinasi teori apapun untuk penuaan biologis dan hasil akhir penuaan, dalam
pengertian biologis yang murni adalah benar. Terdapat perubahan yang progresif
dalam kemampuan tubuh untuk merespons secara adaptif (homeostatis), untuk
beradaptasi terhadap stres biologis. Macam-macam stres dapat mencakup
dehidrasi, hipotermi, dan proses penyakit. (kronik dan akut)
II.
Teori
Psikologis
1.
Teori
Pelepasan
Teori
pelepasan memberikan pandangan bahwa penyesuaian diri lansia merupakan suatu
proses yang secara berangsur-angsur sengaja dilakukan oleh mereka, untuk
melepaskan diri dari masyarakat.
2.
Teori
Aktivitas
Teori
aktivitas berpandangan bahwa walaupun lansia pasti terbebas dari aktivitas,
tetapi mereka secara bertahap mengisi waktu luangnya dengan melakukan aktivitas
lain sebagai kompensasi dan penyusuauian.
III.
Aspek
Psikologis Akibat Lanjut Usia
Aspek
psikologis pada lansia tidak dapat berlangsung tampak. Salah satu pengertian
yang umum tentang lansia adalah bahwa mereka mempunyai kemampuan memori dan
kecerdasan mental yang kurang.
Penelitian
tentang kemampuan aspek kognitif dan kemampuan memori pada lansia dalam
kelompok dan kemampuan mereka untuk memcahkan masalah, ternyata tidak mendukung
gambaran diatas. Adalah benar bahwa banyak lansia mempunyai cara berbeda dalam
memecahkan masalah, bahkan mereka dapat melakukannya dengan baik walaupun
kondisinya menurun. Akan tetapi, juga terdapat bukti bahwa lansia mengalami
kemunduran mental yang substansil atau luas.
IV.
Keperibadian, Intelegensia, Dan Sikap
Meskipon
sulit untuk mendefenisikan dan mengukur keperibadian, namun upaya ini tetap
dilakukan untuk mengubah sedikit pemikiran tentang lansia. Walaupun mengalami
kontroversi, tes intelegensia dengan jelas memperlihatkan adanya penurunan kecerdasan
pada lansia (Cockburn & Smith, 1991). Hal ini tidak diungkapkan secara
signifikan dan bahkan mungkin tidak berpengaruh secara nyata terhadap kehidupan
lansia. Sikapnya tentu berbeda dengan sering bertentangan dengan sikap generasi
yang lebih muda. Semua kelompok lansia sering kali mempertahankan sikap yang
kuat, sehingga sikapnya lebih stabil dan sedikit sulit untuk berubah. Satu hal
pada lansia yang diketahui sedikit berbeda dari orang yang lebih muda yaitu
sikap mereka terhadap kematian. Hal ini menunjukkan bahwa lansia cenderung
tidak terlalu takut terhadap konsep dan realitas kematian. Hal ini mungkin
merupakan suatu gambaran adaptif pada penuaan.
2.2 Batasan
Tua Atau Lanjut Usia
Beberapa
pendapat mengenai batasan umur lansia.
Menurut Organisasi Kesehatan Dunia
Lanjut
usia meliputi:
·
Usia
pertengahan (middle age), ialah kelompok usia 45 sampai 59 tahun.
·
Lanjut
usia (elderly) = antara 60 dan 74 tahun
·
Lanjut
usia tua (old) = antara 75 dan 90 tahun
·
Usia
sangat tua (very old) = diatas 90 tahun
Menurut Prof. Dr. Ny. Sumiati Ahmad
Mohammad
Membagi
periodisasi biologis perkembangan manusia sebagai berikut:
·
0-1
tahun = masa bayi
·
1-6
tahun = masa prasekolah
·
6-10
tahun = masa sekolah
·
10-20
tahun = masa pubertas
·
40-65
tahun = masa setengah umur (prasenium)
·
65
tahun keatas = masa lanjut usia ( senium)
Menurut Dra. Ny. Jos Masdani (Psikolog Ui)
Lanut usia
merupakan kelanjutan dari usia dewasa. Kedewasaan dapat dibagi menjadi empat
bagian
·
Fase
iuventus, antara 25 sampai 40 tahun
·
Fase
vertilitas, antara 40 sampai 50 tahun
·
Fase
prasenium, antara 55 sampai 65 tahun
·
Fase
senium, 65 tahun hingga tutup usia
Menurut Prof. Dr. Koesmanto Setyonegoro
Pengelompokan
lanjut usia sebagai berikut;
·
Usia
dewasa muda (elderly adulhood), 18 atau 29-25 tahun.
·
Usia
dewasa penuh (middle years) atau maturitas, 25-60 tahun atau 65 tahun
·
Lanjut
usia (geriatric age) lebih dari 65 tahun atau 70 tahun
ü 70-75 tahun (yaoung old)
ü 75-80 tahun (old)
ü Lebih dari 80 (very old)
Menurut UU
No. 4 Tahun 1965
Dalam
pasal 1 dinyatakan sebagai berikut: seorang dapat dikatakan sebagai jompo atau
lanjut usia setelah yang bersangkutan mencapai umur 55 tahun, tidak mempunyai
atau tidak berdaya mencari nafkah sendiri untuk keperluan hidupnya sehari-hari
dan menerima nafkah dari orang lain
(sekarang
tidak relevan lagi)
Menurut UU
No. 13/Th.1998 tentang kesejahteraan lanjut usia yang berbunyi sebagai berikut;
BAB 1
Pasal 1 Ayat 2 yang berbunyi:
Lanjut
usia adalah seseorang yang mencapai usia 60 (enam puluh) tahun keatas.
Birren and Jenner (1997) membedakan usia menjadi tiga;
·
Usia
biologis;
Yang
menunjuk kepada jangka waktu seseorang sejak lahirnya berada dalam keadaan
hidup dan mati
·
Usia
psikologis
Yang
menunjuk pada kemampuan seseorang untuk mengadakan penyesuaian-penyesuaian
kepada situasi yang dihadapinya.
·
Usia
sosial
Yang
menunjuk kepada peran-peran yang diharapkan atau diberikan masyarakat kepada
seseorang sebungan dengan usianya.
2.3 Kondisi
Fisiologis Dan Patologis Pada Lanjut Usia
Perubahan-Perubahan
Yang Terjadi Pada Lanjut Usia
Perubahan-perubahan
fisik
1.
Sel
2.
Lebih
sedikit jumlahnya
3.
Lebih
besar ukurannya
4.
Berkurangnya
jumlah cairan tubuh dan berkurangnya cairan intraseluler
5.
Menurunnya
proporsi protein di otak, otot, darah, dan hati.
6.
Jumlah
sel otak menurun.
7.
Terganggunya
mekanisme perbaikan sel
8.
Otak
menjadi atrofi, beratnya berkurang 5-10%
2. Sistem persarafan
1. Berat otak menurun 10-20% (setiap
orang berkurang sel otaknya dalam setiap harinya)
2. Cepatnyan menurun hubungan
persarafan
3. Lambat dalam respon dan waktu untuk
bereaksi, khususnya dengan stres.
4. Mengecilnya saraf panca indra.
Berkurangnya penglihatan, hilangnya pendengaran, mengecilnya saraf pencium dan
perasa, lebih sensitif terhadap perubahan suhu dengan rendahnya dengan
ketahanan terhadap dingin.
5. Kurang sensitif terhadap sentuhan
3.
Sistem
pendengaran
1.
Presbiakusis
(gangguan pada pendengaran). Hilangnya kemampuan (daya) pendengaran pada
telinga dalam, terutama terhadap bunyi suara atau nada-nada yang tinggi, suara
yang tidak jelas, sulit dimengerti kata-kata, 50% terjadi pada usia diatas 60
tahun
2.
Membran
timpani menjadi atrofi menyebabkan otosklerosis.
3.
Terjadi
pengumpulan serumen dapat mengeras karena menginkatnya keratin.
4.
Pendengaran
bertambah menurun pada lanjut usia yang mengalami ketegangan jiwa/stres.
4.
Sistem
penglihatan
1. Sfingter pupil timbul skelerosis dan
hilangnya tespon terhadap sinar.
2. Kornea lebih berbentuk sferis (bola)
3. Lensa lebih suram (kekeruhan pada
lensa) menjadi katarak, jelas menyebabkan gangguan penglihatan.
4. Meningkatnya ambang, pengamatan
sinar, daya adaptasi terhadap kegelapan lebih lambat, dan susah melihat dalam
cahaya gelap
5. Hilangny daya akomodasi
6. Menurunnya lapangan pandang;
berkurang luas pandangannya.
7. Berkurangnya daya membedakan warna
biru atau hijau pada skala.
5.
Sistem
kardiovaskuler
1.
Elastisitas
dinding aorta menurun
2.
Katup
jantung menebal dan menjadi kaku
3.
Kemampuan
jantung untuk memompa menurun 1% setiap tahun sesudah berumut 20 tahun, hal ini
menyebabkan menurunnya kontraksi dan volumenya.
4.
Kehilangan
elatisitas pembuluh darah; kurang efektifitas pembuluh darah perifer untuk
oksigenisasi, perubahan posisi dari tidur ke duduk (duduk ke berdiri) bisa
menyebabkan tekanan darah menurun menjadi 65 mmHg (menyebabkan pusing mendadak)
5.
Tekanan
darah meninggi diakibatkan oleh meningkatnya resistensi dari pembuluh darah
perifer; sistolis normal 170 mmHg, diastolis normal 90 mmHg.
6.
Sistem
pengtaturan temperatur tubuh
Pada
sistem pengaturan suhu, hipotalamus dianggap bekerja sebagai suatu termostat,
yaitu menetapkan suatu suhu tertntu, kemunduran terjadi sebagai faktor yang
mempengaruhinya. Yang sering ditemui antara lain;
1) Temperatur tubuh menurun
(hipotermia) secara fisiologik ± 35o ini akibat metabolisme
yang menurun
2)
Keterbatasan
refleks menggigil dan tidak dapat memproduksi panas yang banyak sehingga
terjadi rendahnya aktivitas otot.
7.
Sistem
respirasi
1) Otot-otot pernapasan kehilangan
kekuatan dan menjadi kaku
2) Menurunnya aktivitas dari silia
3) Paru-paru kehilangan aktivitas;
kapasitas residu meningkat, menarik nafas menjadi berat, kapasitas pernafasan
maksimum menurun, dan kedalaman bernafas menurun
4) Alveoli ukurannya melebar dari biasa
dan jumlahnya berkurang
5) O2 pada arteri
menurun menjadi 75 mmHg.
6) CO2 pada arteri
tidak berganti
7) Kemampuan untuk batuk berkurang
8) Kemampuan pegas, dinding, dada, dan
kekuatan otot pernapasan akan menurun seiring degan bertambahnya usia.
8.
Sistem
gastrointestinal
1) Kehilangan gigi; penyebab utama
adalah Periodental disease yang bisa terjadi setelah umur 30 tahun, penyebab
lain meliputi kesehatan gigi yang buruk dan gizi yang buruk.
2) Indera pengecap menurun; adanya
iritasi yang kronis, dari selaput lendir, atropi indera pengecap (±80%), hilangnya sensitifitas dari
saraf pengecap di lidah terutama rasa tentang rasa asin, asam, dan pahit.
3) Eofagus melebar
4) Lambung, rasa lapar menurun
(sensitifitas lapar menurun), asam labung menurun, waktu mengosongkan menurun.
5) Peristaltik lemah dan biasanya
timbul konstipasi
6) Fungsi absobsi melemah (daya absobsi
terganggu)
7) Liver (hati) makin mengecil dan
menurunnya tempat penyimpanan, berkurangnya aliran darah.
9.
Sistem
reproduksi
1) Menciutnya ovari dan uterus
2) Atrofi payudara
3) Pada laku-laki testis masih dapat
memproduksi spermatosoa, meskipun adanya penurunan secara beransur-ansur
A.
Dorongan
seksual menetap sampai usia diatas 70 tahun (asal kondisi keksehatan baik),
yaitu;
· Kehidupan seksual dapat diupayakan
sampai masa lanjut usia
· Hubungan seksual secara teratur
membantu mempertahankan kemampuan seksual
· Tidak perlu cemas karena merupakan
perubahan alami
B.
Selaput
lendir vagina menurun, permukaan menjadi halus, sekresi menjadi berkurang,
reaksi sifatnya menjadi alkali, dan terjadi perubahan-perubahan warna.
10. Sistem genito urinaria
1) Ginjal, merupaan alat untuk
mengeluarkan sisa metabolisme tubuh, melalui urine darah yang masuk ke ginjal,
disaring oleh satuan unit terkecil dari ginjal yang disebut nefron (tepatnya di
glumerulus, kemudia mengecil dan nefron menjadi atrofi. Aliran darah ke ginjal
menurun sampai 50%. Fungsi tubulus berkurang akibatnya; kurang kemapuan
mengkonsentrasi urine, berat jenis urine menurun, proten uria.
2) Vesika urinaria (kandung kemih);
otot-ototnya menjadi lemah, kapasitasnya menurun sampai 200ml atau menyebabkan
frekuensi buang air kecil meningkat. Vesika urinari susah dikosongkan sehingga
meningkatkan retensi urine.
3) Pembesaran prostat kurang lebih 75%
dialami oleh pria usia di atas 65 tahun
4) Atrofi vulva
11. Sistem endokrin
1) Produksi hampir semua hormon menurun
2) Fungsi paratiroid dan sekresinya
tidak berubah
3) Pituitari; hormon pertumbuhan ada
tetapi lebih rendah tetapi rendah dan hanya dalam pembuluh darah, berkurangnya
produksi dari ACTH, TSH, FSH, LH.
4) Menurunnya aktifitas tiroid, BMR
menurun.
12. Sistem kulit
1) Kulit mengerut atau keriput akibat
kahilangan jaringan lemak
2) Kulit kasar dan bersisik,
3) Mekanisme proteksi kulit menurun
·
Produksi
serum menurun
·
Gangguan
pigmentasi kulit
4) Kulit kepala dan rambut menipis
5) Kelenjar keringat berkurang
jumlahnya
13. Sistem muskuloskeletal
1)
Tulang
kehilangan density (cairan) dan makin rapuh
2)
Kifosis
3)
Discus
intervertebralis menipis dan menjadi pendek
4)
Persendian
membesar dan menjadi pendek
5)
Tendon
mengerut dan mengalami skelrosis
14. Perubahan mental
Faktor yang mempengaruhi perubahan mental
1) Perubahan fisik, organ perasa
2) Kesehatan umum
3) Tingkat pendidikan
4) Keturunan
5) Lingkungan
1. Momory: jangka panjang
(*berhari-hari yang lalu) mencakup beberapa perubahan. Kenangan jangka pendek
(0-10 menit) kenangan buruk
2. Intelegency; tidak berubah dengan
informasi matematik dan perkataan verbal.
3. Berkurangnya keterampilan
psikomotor.
5.2 Terjadinya
Penuaan Dini Pada Sebagian Manusia
Penuaan dini adalah proses dari penuaan kulit yang lebih cepat dari
seharusnya. Banyak orang yang mulai melihat timbulnya kerutan kulit wajah pada
usia yang relatif muda, bahkan pada usia awal 20-an. Hal ini biasanya
disebabkan berbagai faktor baik internal maupun eksternal.
Faktor internal ini biasanya disebabkan oleh adanya gangguan dari
dalam tubuh. Misalnya sakit yang berkepanjangan, serta kurangnya asupan gizi.
Sedangkan faktor eksternal bisa terjadi karena sinar matahari, polusi, asap
rokok, makanan yang tidak sehat dan lain sebagainya.
Struktur Kulit
Fakta Ilmiah Tentang Kulit
1. Pada
usia muda, kulit baru akan muncul ke lapisan epidermis setiap 28 – 30 hari.
Dengan bertambahnya usia, proses regenerasi berkurang secara cepat. Dan setelah
usia di atas 50 tahun prosesnya menjadi sekitar 37 hari.
2. Lapisan
dermis kulit adalah lapisan kulit yang bertanggung jawab terhadap sifat
elastisitas, dan kehalusan kulit. Berfungsi mensuplai makanan untuk lapisan
epidermis, dan sebagai fondasi bagi kolagen serta serat elastin.
3. Vitamin
C merangsang dan meningkatkan produksi kolagen kulit dengan cara meningkatkan
kemampuan perkembangbiakan sel fibroblast tua dermis.
|
Struktur
Kolagen
|
Kolagen
adalah komponen utama lapisan kulit dermis (bagian bawah epidermis) yang dibuat
oleh sel fibroblast. Pada dasarnya kolagen adalah senyawa protein rantai
panjang yang tersusun lagi atas asam amino alanin, arginin, lisin, glisin,
prolin, serta hiroksiproline. Sebelum menjadi kolagen, terlebih dahulu
terbentuk pro kolagen.
Bilamana produksi kolagen menurun seiring dengan bertambahnya usia, dampaknya adalah meningkatnya proses “kulit kering” serta sifat elastisitasnya. Lapisan dermis inilah yang bertanggung jawab akan sifat elastisitas dan kehalusan kulit (skin smoothness) yang merupakan kunci utama untuk disebut “awet muda” serta memiliki kulit indah (beautiful skin).
Bilamana produksi kolagen menurun seiring dengan bertambahnya usia, dampaknya adalah meningkatnya proses “kulit kering” serta sifat elastisitasnya. Lapisan dermis inilah yang bertanggung jawab akan sifat elastisitas dan kehalusan kulit (skin smoothness) yang merupakan kunci utama untuk disebut “awet muda” serta memiliki kulit indah (beautiful skin).
Proses Penuaan Kulit
|
Proses Penuaan pada Kulit
|
Penuaan
kulit pada dasarnya terbagi atas 2 proses besar, yaitu penuaan kronologi
(chronological aging) dan 'photo aging'. Penuaan kronologi ditunjukkan
dari adanya perubahan struktur, dan fungsi serta metabolik kulit seiring
berlanjutnya usia. Proses ini termasuk, kulit menjadi kering dan tipis;
munculnya kerutan halus, adanya pigmentasi kulit (age spot).
Sedangkan
proses 'photo aging' adalah proses yang menyangkut berkurangnya
kolagen serta serat elastin kulit akibat dari paparan sinar UV matahari.
Paparan sinar sinar UV yang berlebihan, dapat menyebabkan kerusakan kulit
akibat munculnya enzim proteolisis dari radikal bebas yang terbentuk. Enzim ini
selanjutnya memecahkan kolagen serta jaringan penghubung di bawah kulit dermis.
Sehingga dari pengetahuan kita mengenai fakta dan proses penuaan
kulit yang merupakan penyebab penuaan dini, kita perlu melakukan tindakan yang
tepat untuk menangani penuaan dini. Salah satu tindakan yang tepat untuk
menangani penuaan dini adalah memakai produk antiaging yang tepat.
Ser–C, serum vitamin C adalah
produk perawatan kulit yang tepat, berguna memperlambat proses penuaan dini dan
menyamarkan keriput (atau kerutan) kulit wajah.
BAB III
PENUTUP
3.1
Kesimpulan
Proses penuaan dapat
ditinjau dari aspek biologis, sosial dan psikologik. Teori-teori biologik
sosial dan fungsional telah ditemukan untuk menjelaskan dan mendukung berbagai definisi
mengenai proses menua.
Dan pendekatan multi
disiplin mengenai teori penuaan, perawat harus memiliki kemampuan untuk
mensintesa berbagai teori tersebut dan menerapkannya secara total pada
lingkungan perawatan klien usia lanjut termasuk aspek fisik, mental/emosional
dan aspek-aspek sosial. Dengan demikian pendekatan eklektik akan menghasilkan
dasar yang baik saat merencanakan suatu asuhan keperawatan berkualitas pada
klien lansia.
3.2
Saran
Masa tua
adalah sesuatu yang akan dan harus dihadapi oleh setiap manusia, untuk
menjalani proses kehidupan mereka. Tidak ada satupun orang yang dapat
menghindarinya dan berusaha agar tetap dapat terlihat awet muda.
Berbagai
proses harus dilewati, namun beberapa orang ada yang dapat melalui prosesnya
dengan baik, namun ada pula yang tidak cukup lancar. Ditinjau dari berbagai
aspek dan sudut pandang, dari segi fisik dan kejiwaan.
Maka,
perawat yang melakukan tindakan asuhan keperawatan pada berbagai tingkatan usia
harus dan wajib tahu bagaimana konidisi fisiologis pasiennya. Termasuk pada usia lanjut. Semoga makalah ini
dapat menjadi salah satu referensinya.
Baik sebagai acuan dalam pembelajaran, ataupun sebagai pedoman dalam
tindakan asuhan keperawatan pada klien usia lanjut
DAFTAR PUSTAKA
Pringgoutumo,
dkk. 2002. Buku Ajar Patologi 1 (umum), Edisi 1. Jakarta. Sagung Seto.
Sutisna
Hilawan (1992), Patologi, Jakarta, Bagian Patologi Anatomi FKUI.
Gunawan
S, Nardho, Dr, MPH, 1995, Upaya Kesehatan Usia Lanjut. Jakarta: Dep Kes R.I.